Mohon tunggu...
Tiyarman Restu Putra Gulo
Tiyarman Restu Putra Gulo Mohon Tunggu... Penulis - Law dan Freelancer, 2 hal yang hampir mirip! | tiyarmangulo.blogspot.com
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis itu penting, biar gak lupa! Karena faktanya otak cuma bisa nyimpan 1/8 data yang diterima, habis itu lupa! | my blog: tiyarmangulo.blogspot.com | ig: @tiyarmangulo | wa: 0838-6723-2928

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kritikan Bukanlah Musuh: Mengubah Sikap Defensif Menjadi Penerimaan Kritikan

21 April 2023   18:08 Diperbarui: 22 April 2023   18:30 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan bernada kritik terhadap kebebasan berbicara tertulis di tembok lahan di Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Sumber: Kompas/HERU SRI KUMORO

Menerima kritikan adalah hal yang sulit bagi kebanyakan orang. Terkadang, bahkan hanya satu komentar yang negatif dapat merusak mood atau membuat seseorang merasa sedih dan kecewa. Namun, sebenarnya kritikan bukanlah musuh. Justru, kritikan dapat membantu kita untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Bagaimana kita dapat mengubah sikap defensif menjadi penerimaan kritikan yang baik?

Menghindari Sikap Defensif

Sikap defensif adalah salah satu hal yang membuat kita sulit menerima kritikan. Kita cenderung mempertahankan diri dan tidak mendengarkan kritikus dengan baik. Alih-alih membuka diri untuk masukan, kita justru berusaha membela diri atau mencari alasan untuk menolak kritikan. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghindari sikap defensif.

Sikap defensif seringkali muncul karena kita merasa terancam atau tidak dihargai. Kita merasa bahwa kritikus mencoba untuk merendahkan kita atau mempermalukan kita. Namun, sebenarnya kritikus memberikan masukan karena ingin membantu kita menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penting untuk menghindari sikap defensif dan membuka diri untuk masukan yang diberikan.

Mendengarkan dengan Baik

Salah satu cara untuk menghindari sikap defensif adalah dengan mendengarkan dengan baik. Kita harus membuka pikiran dan hati untuk menerima masukan dengan lapang dada. Kita harus mendengarkan dengan seksama dan memahami apa yang ingin dikatakan oleh kritikus. Jangan hanya fokus pada kata-kata atau frase yang terdengar negatif, tapi cobalah untuk mencari pesan-pesan positif di balik kritikan tersebut.

Mendengarkan dengan baik juga berarti tidak langsung membalas atau membela diri ketika masih dalam proses menerima kritikan. Kita harus memberikan kesempatan pada kritikus untuk menyelesaikan ucapannya terlebih dahulu, baru kemudian memberikan respon.

Sumber Gambar: Joglosemar News
Sumber Gambar: Joglosemar News

Mencari Kebenaran dalam Kritikan

Kritikan tidak selalu bersifat negatif. Kadang-kadang, kritikan yang terdengar negatif sebenarnya berisi kebenaran yang dapat membantu kita untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, kita harus mencari kebenaran dalam kritikan tersebut.

Mencari kebenaran dalam kritikan berarti kita harus melihat lebih dalam lagi, mencoba untuk mengerti apa yang ingin dikatakan oleh kritikus. Kita harus berpikir kritis dan mencari tahu apa yang harus diperbaiki atau ditingkatkan dalam diri kita. Kita harus menilai diri sendiri secara obyektif dan mengakui kelemahan atau kesalahan yang kita miliki.

Mengambil Tindakan yang Sesuai

Setelah menerima kritikan dan mencari kebenaran dalam kritikan, langkah selanjutnya adalah mengambil tindakan yang sesuai. Kita harus berusaha untuk mengatasi masalah yang menjadi pokok kritikan. Jangan hanya merasa sedih atau kecewa karena mendapat kritikan, tapi cobalah untuk menemukan solusi dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

Mengambil tindakan yang sesuai juga berarti menempatkan kritikan sebagai motivasi untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Kita harus berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan mencapai potensi diri yang sebenarnya.

Membuka Komunikasi dengan Kritikus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun