Kupang Barat, NTT - Laut biru Desa Lifuleo kini punya cerita baru. Pada 26 Agustus 2025, kawasan pesisir ini menjadi tuan rumah kegiatan Transplantasi Terumbu Karang, bagian dari program konservasi lingkungan Desa Eco-Bahari Lifuleo. Dua hari kemudian, tepat pada 28 Agustus 2025, bibit karang yang diikatkan di bawah laut menjadi simbol peresmian desa binaan ini.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Kepala P3M Politeknik KP Kupang, Ibu Rifqah Pratiwi; Wakil Direktur III Politeknik KP Kupang, Ibu Irandha C. M. Siahaan; Plt. Camat Kupang Barat, Bapak James O. B. Ating; Kepala Desa Lifuleo, Bapak Swingli Say; Kepala PSDKP Kupang; Kepala BKKPN Kupang; Direktur Polairud Polda NTT; serta penyuluh perikanan Kabupaten Kupang. Pengikatan anakan karang secara simbolis oleh para pejabat tersebut, yang disaksikan oleh sekitar 150 tamu undangan, meliputi staf UPT KKP, guru SMKN 2 Kupang Barat, penyuluh perikanan, dosen, taruna, kelompok pembudidaya, kelompok wanita pesisir, serta masyarakat Desa Lifuleo.
Langkah ini bukan sekadar seremoni. Program tersebut lahir dari tanggung jawab sosial dan lingkungan PT PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara terhadap keberlangsungan ekosistem laut di sekitar proyek PLTU Timor-1. Didukung oleh Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang, inisiatif ini hadir sebagai solusi nyata: menanam kembali karang, merawatnya, dan menghidupkan kembali perairan pantai Oesina.
Operasi Penyelamatan di Bawah Laut
Tak sendiri, PLN menggandeng Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang untuk mengawal program konservasi ini. Titik transplantasi dipilih di koordinat 1020'18.2"S 12327'31.6"E, pada kedalaman 7-8 meter, tepat di area pertemuan arus laut. Lokasi ini dinilai ideal, ibarat ladang subur bagi karang untuk tumbuh dan berkembang.
Sebanyak 30 meja transplantasi berukuran 40 x 100 cm dipasang di dasar laut. Di atas meja itu, terikat 150 bibit karang yang disiapkan dengan penuh ketelitian. Prosesnya sederhana tapi penuh kehati-hatian: bibit karang diikat menggunakan kabel ties di atas kapal, lalu segera dibawa turun oleh para penyelam dari Languan Diving Club (LDC) Politeknik KP Kupang. Semakin cepat prosesnya, semakin besar peluang karang bertahan hidup.
Awalnya, meja-meja karang itu dirancang membentuk angka "80", sebagai simbol perayaan kemerdekaan RI ke-80. Namun, kondisi dasar laut berkata lain. Demi stabilitas, susunan akhirnya diubah menjadi formasi memanjang yang kokoh. Meskipun bentuk angka itu gagal terwujud, semangat kemerdekaan tetap terasa. "Angka bisa berubah, tapi tujuan tetap sama: memberi kehidupan baru bagi laut kita," ujar Rolandsius Sareng, Ketua Tim Transplantasi Terumbu Karang.
Menjaga Ekosistem, Menguatkan Ekonomi
Transplantasi terumbu karang bukan hanya soal melestarikan ekosistem, tetapi juga menjaga masa depan ekonomi masyarakat pesisir. Karang yang sehat menjadi rumah bagi ikan dan biota laut lain, yang pada gilirannya mendukung aktivitas nelayan setempat. Dengan kata lain, kegiatan ini adalah investasi jangka panjang. Sebuah langkah kecil di dasar laut yang kelak akan memberi manfaat besar bagi masyarakat di darat.
Menanam Harapan, Menuai Kehidupan
Program ini menunjukkan bahwa konservasi bukan tugas satu pihak saja. Butuh kolaborasi: perusahaan, akademisi, komunitas, hingga masyarakat. Setiap anakan karang yang ditanam adalah simbol harapan agar generasi berikutnya masih bisa menikmati laut yang kaya, sehat, dan indah. Di Lifuleo, taman bawah laut yang baru saja lahir ini menjadi pengingat sederhana: menjaga laut berarti menjaga kehidupan.
Penulis: Rifqah Pratiwi