Mohon tunggu...
Tito Yudatama
Tito Yudatama Mohon Tunggu... Administrasi - Saya adalah Saya, dan Saya adalah Orang Lain, tetapi Saya adalah Diri Sendiri juga

Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perlu Upaya Inovasi untuk Eksistensi Pers Mahasiswa dalam Mencerdaskan Civitas Akademika

14 Februari 2018   21:09 Diperbarui: 14 Februari 2018   21:17 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa sebagai kaum muda yang berperan sebagai sosial kontrol salah satunya, maka sudah selayaknya menjadi garda terdepan dalam mengawal demokrasi, dan kebijakan lainnya di negeri ini, setidaknya di kampus sendiri. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang acuh terhadap suatu permasalahan, bahkan di kampusnya sendiri, hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidakpeduliannya dari diri sendiri ataupun karena faktor luar, seperti tidak adanya info yang mudah diakses tentang permasalahan kampus, ataupun tidak ada pembentukan opini yang membuat mahasiswa tergerak terhadap kebijakan atau permasalahan kampus. Oleh sebab itu diperlukan wadah yang menampung dan menyebarkan berita guna pencerdasan di kalangan mahasiswa khususnya, yaitu pers mahasiswa. 

Pers berasal dari kata pers yang merupakan bahasa Belanda, menurut UU No.40 Tahun 1999 tentang pers, menyebutkan bahwa pengertian pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. UU tersebut juga menyebutkan fungsi pers, yaitu sebagai media informasi, sebagai fungsi pendidikan, sebagai fungsi hiburan, dan kontrol sosial. 

Dalam lingkup pers mahasiswa, pers mahasiswa dan civitas akademika seperti mahasiswa memiliki sifat yang saling membutuhkan, karena pers butuh dukungan dan perhatian para civitas akademika, begitu juga dengan civitas akademika yang butuh informasi khususnya terhadap peristiwa di sekitar, sehingga mahasiswa yang terlibat dalam pers mahasiswa tersebut berarti turut serta dalam mengedukasi civitas akademika, selain itu fungsi pers mahasiswa dapat berperan dalam menjaga keseimbangan antara penguasa dengan masyarakatnya, baik di lingkungan akademik, ataupun pemerintahan, sehingga tercipta keadilan. Jika kekuasaan penguasa terlalu besar terhadap masyarakatnya, maka akan terjadi tirani pada kekuasaan, sebaliknya jika masyarakat yang mempunyai peran lebih besar dibandingkan penguasa maka akan terjadi anarkis. 

Untuk itulah pers hadir sebagai penyeimbang diantara keduanya, dan demokrasi dapat berjalan dengan baik. Namun, jika melihat minat baca mahasiswa saat ini semakin menurun, apalagi untuk menulis, sehingga peran mahasiswa melalui pers juga ikut turun, dan berdampak pada penurunan lainnya, seperti penurunan eksistensi, kegiatan, keuangan, dan sebagainya. 

Kondisi pers mahasiswa saat ini berbeda jika dibandingkan dengan awal-awal munculnya pers yang menjadi media pemersatu pikiran-pikiran untuk mengubah keadaan negeri ini, sedangkan pers mahasiswa pada saat ini sedang mengalami krisis identitas, sehingga tidak jelas arah kelembagaan pers mahasiswanya. Berdasarkan urgensi permasalahan tersebut, maka tujuan dari penulisan ini adalah mendeskripsikan peran pers dalam mengedukasi civitas akademika, tergambarnya kondisi pers mahasiswa saat awal berdiri dengan saat ini, dan menghasilkan solusi terhadap permasalahan pada kondisi tersebut.

Menurut ketua dewan pers, Bagir Manan pada kegiatan workshop jurnalistik mahasiswa, Lampung, Rabu(22/102014) menjelaskan bahwa pers mahasiswa merupakan sarana konstruktif sebagai pembentuk sarjana yang berkarakter dan mempunyai kepribadian bertanggung jawab, karena dengan pers dapat membangun sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan, sehingga dapat menjaga dari adanya kemerosotan moral, selain itu sebagai pembentuk karakter yang bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kode etik. 

Dengan adanya kegiatan positif pada mahasiswa, maka nantinya dapat menjadi lulusan sarjana sebagai kaum terpelajar yang bertanggung jawab, melihat kondisi Indonesia banyak kejadian pelanggaran yang dilakukan kaum terpelajar seperti tindakan korupsi, maka dengan adanya kegiatan yang melatih tanggung jawab nantinya bukan hanya menyandang gelar sarjana tapi juga berpegalaman dalam kegiatan yang membutuhkan tanggung jawab dan kode etik, selain itu jika memiliki kegiatan organisasi seperti lembaga pers maka mahasiswa juga berperan dalam mengedukasi civitas akademika saat itu juga, karena dengan pers berarti membagikan informasi secara luas ke publik melalui segala jenis media. "Menjadi pihak yang dipercaya bukan dengan cara mengungkap semua hal ke publik, tetapi harus memahami kebijaksanaan atas hal-hal yang pantas disampaikan ke publik",ujar ketua Mahkamah Agung. Selain itu dari sudut civitas akademika sebagai pembaca juga akan memperluas wawasan dan pengetahuannya, dapat melihat perkembangan dunia termasuk perkembangan lingkungan sekitar, dapat menjadi sumber inspirasi, dan bahkan bisa ikut bergerak untuk mengatasi suatu permasalahan yang dimuat dalam berita.

Terkait dengan keadaan pers mahasiswa saat ini memiliki perbedaan dengan awal mula berdirinya lembaga pers tersebut baik dari segi permasalahan, hasil jurnal, dan sebagainya, pada awal berdirinya pers sangat berperan dalam kemerdekaan melalui penyebaran ide-ide dan membentuk opini demi kemerdekaan, selain itu saat peristiwa Malari dunia pers mengalami kematian karena dikekang oleh kebijakan pemerintah, namun setelah peristiwa tersebut tidak lama kemudian diperbolehkan terbit kembali setelah berhenti selama 6 bulan, walaupun sempat berhenti akibat kebijakan pemerintah, namun pada tahun 1950-an tersebut pers mahasiswa memberikan dampak kemajuan yang berarti bagi masyarakat, sedangkan untuk kondisi saat ini permasalahannya yaitu jurnal yang dihasilkan menyangkut dengan tema besar atau isu nasional lebih banyak, dibandingkan mengangkat permasalahan di universitasnya sendiri, sehingga terkadang permasalahan kampusnya sendiri kurang terangkat ke publik. 

Salah satu staf pengajar FIB UGM menilai, bahwa sekarang ini tidak sedikit pers mahasiswa yang sering mengangkat permasalahan yang terlalu besar dan abstrak dalam penulisan jurnalnya, padahal permasalahan tersebut adalah di luar jangkauan universitas yang berarti tidak ada kaitannya, selain itu permasalahan lainnya yaitu ketidakjelasan format jurnal mahasiswa atau tidak jelas kemana arah lembaga pers mahasiswa, saat ini juga pers mahasiswa kalah bersaing dengan pers umum atau pers profesional, selain itu saat ini minat baca masyarakat luas dan mahasiswa juga semakin menurun, akibatnya jurnal-jurnal yang dihasilkan terkadang kurang berkualitas, dan mahasiswa yang berminat meneruskan generasi dalam dunia jurnal mengalami penurunan.

Jurnal yang dihasilkan cenderung fokus dari beberapa mahasiswa saja, dan berdampak krisis di dunia pers mahasiswa, baik krisis minat dari pembaca, krisis nalar sebagaimana seorang jurnalistik seharusnya, krisis kegiatan, krisis kaderisasi, krisis dana, dan krisis tulisan. Untuk mengatasinya  maka harus ada perumusan ulang dengan pihak-pihak terkait mengenai bentuk yang ideal terhadap pers mahasiswa, perbanyak segala pengetahuan sehingga berdampak pada kreativitas, perbanyak seminar dan training jurnalistik, bangun kesadaran pentingnya keberadaan pers melalui pola pikir. Dari beberapa solusi tersebut, tentu butuh dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, dosen, dan pihak-pihak yang berkaitan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun