Aku pernah menyukai seseorang.
 Tapi aku memilih diam.
Bukan karena rasa ini kecil,
 tapi karena aku tahu
 cinta gak harus selalu dimiliki.
 Kadang cukup dijaga, dalam doa, dalam diam.
Setiap hari aku berusaha biasa saja.
 Menjawab seperlunya, senyum sewajarnya,
 menyembunyikan degup yang kacau tiap kali dia menyapa.
Dia gak tahu apa-apa.
 Dan mungkin... gak akan pernah tahu.
 Karena aku terlalu takut kehilangan, bahkan sebelum memiliki.
Tapi diam-diam menyukai,
 artinya juga diam-diam tersakiti.
Saat dia cerita tentang orang lain,
 aku cuma bisa senyum sambil menelan perih yang tak terdengar.
 Aku ikut bahagia untuk dia,
 padahal hatiku sedang patah, perlahan tapi nyata.
Aku sempat bertanya:
 "Tuhan, kenapa aku harus merasa sedalam ini kalau ujungnya cuma sendiri?"
 Tapi justru dari sana aku belajar:
 rasa ini bukan untuk disesali, tapi untuk dimurnikan.
Ternyata mencintai gak selalu tentang memiliki.
 Kadang mencintai itu melepaskan,
 kadang mencintai itu... mendoakan dari jauh.
Aku gak gagal karena gak diperjuangkan.
 Aku gak hina karena gak dipilih.
 Aku hanya sedang belajar:
 bahwa cinta sejati gak egois. Ia rela diam, meski hatinya berisik.
Penutup:
Kalau kamu juga sedang menyukai seseorang diam-diam,
 dan itu mulai terasa menyakitkan...
 Jangan buru-buru menyalahkan hatimu.
Mungkin Tuhan sedang melatihmu untuk mencintai dengan cara-Nya:
 tanpa pamrih, tanpa paksaan, dan penuh ketulusan.