Mohon tunggu...
Titien Sumarni
Titien Sumarni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah seorang guru di seuah sekolah dasar yang memiliki kegemaran travelling dan menulis serta membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Sebuah Hati

24 November 2023   22:04 Diperbarui: 24 November 2023   22:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Assalamualaikum...", ucap Marni sambil tersenyum. Terdengar suara ramai yang saling bersahutan di seberang telpon. Marni tertawa mendengarkan cerita dua anak laki-laki tampan yang selalu saling berebutan bercerita melalui telpon sejak dua bulan yang lalu. Hampir setiap dua hari sekali mereka rutin menelpon Marni hanya sekedar meminta Marni untuk mendengarkan cerita mereka, terkadang mereka meminta Marni untuk membacakan cerita melalui telpon sampai mereka tertidur. Dan Marni sangat hapal, jika tidak terdengar lagi ocehan mereka berarti mereka telah tertidur dengan gawai yang masih menyala karena Marni masih asyik bercerita. Anak-anak yang lucu, menggemaskan, dan sangat sopan santun. Alangkah bahagia kedua orang tuanya memiliki mereka. 

Seperti malam ini, Marni masih asyik bercerita ketika sudha tak terdengar lagi suara mereka yang terkadang bertanya tentang tokoh dalam cerita yang Marni bacakan. Marni tersenyum sendiri, itu berarti mereka sudah tertidur pulas.

"Selamat tidur, Bocil Tampan kesayangan Kakak. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan, yaaa...Assalamualaikum", ucap Marni yang sadar bahwa tidak akan pernah ada yang menjawab salamnya selama ini jika kedua makhluk lucu itu telah tertidur. Nmaun ketika Marni akan mematikan gawainya terdengar suara seorang laki-laki menjawab salamnya dan bertanya dengan suara pelan.

"Waalaikumsalam. Oh ya, maaf di sini tertulis Kakak Peri, kalau boleh tahu kamu siapa?", tanya suara itu dengan tegas. Marni terkejut dan membatalkan menekan tombol off pada panggilan handphonenya.

"Maaf, anda siapa?" Marni balik bertanya. Karena selama beberapa bulan ini dia berinteraksi dengan kedua anak itu tak pernah sekalipun ada orang lain yang menjawab salamnya.

"Aku ayah kedua anakkku" jawab suara itu dengan penekanan. Marni menarik nafas dalam dan tertawa kecil. Muncul ide dalam otaknya bisa saja suara di seberang hanya berpura-pura mengaku ayah mereka sedangkan kedua anak itu sellau mengatakan bahwa ayah mereka sering di luar dan mereka hanya tinggal bersama pengasuh yang sudah tua.


"Aku ibu dari kedua anakku yang sedang tertidur itu". Jawab Marni dengan tegas pula. "Sebaiknya anda tinggalkan telpon itu di samping mereka dan biarkan mereka tidur dengan nyenyak", Marni memberi perintah kepada suara tersebut.

"Jangan bercanda!", suara diseberang meninggi, ada nada tak suka dan heran dari suaranya. Tapi Marni tak peduli, bagi Marni apa yang dikatakan kedua anak tersebut adalah benar. Siapa tau suara laki-laki itu hanya orang lain atau kerabatnya saja.

"Anda yang jangan bercanda. Aku ingatkan sekali lagi tinggalkan telpon itu di sebelah kedua anak itu dan pergilah dari kamarnya. Jika anda tidak melakukan itu aku akan melaporkan anda ke petugas perumahan". Marni memberikan ancaman.

"Sejak kapan kamu selalu memantau kedua anak ini?", tanya suara itu lagi.

"Sejak mereka aku lahirkan tentunya!" Marni menjawab dengan suara tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun