Mohon tunggu...
Akhdan Primayuda
Akhdan Primayuda Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang yang sering mempertanyakan arti hidup, saya menaruh semuanya dalam tulisan fiksi. Manusia terbatas karena kebebasan orang lain. Namun, manusia memiliki kebebasan dalam berfantasi. Saya hanya tidak mau memendam kebebasan yang tak seharusnya terkekang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seekor pria yang membawa tempurung kosong di tangan kirinya.

19 Juli 2025   16:18 Diperbarui: 19 Juli 2025   16:18 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti tanah tandus yang menggenggam air. 

Menepis semua keraguan yang sudah terlanjur pasti. 

Tak mengerti akan kesetaraan dan konsekuensi.

Menguning seperti cucian pakaian yang putih.

Ia sangat paham akan kesadaran diri.

Tapi tak sepenuhnya menyalahkan diri.

Hingga sekarang kerap menutupi diri.

Menjuntai layaknya gantung diri.

Sosok manusia yang dulu nya kera.

Merampas kewarasan dengan paksa.

Tanpa terbesit memori di kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun