Mohon tunggu...
tinezia nf
tinezia nf Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Instagram " Eksekutor Harga Diri"

19 Juli 2018   21:18 Diperbarui: 13 September 2018   00:19 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi tidak di Instagram, meskipun masih banyak komentar pedas dan menyayat hati paling tidak bukan efek yang dapat mereka rasakan langsung, toh Instagram sebagai sosial media yang maha asyik ini menyediakan tombol blokir. Tinggal tekan, aman!  Kesempurnaannya ini saya yakin sangat memotivasi makhluk lainnya.

Coba kita renungkan kembali, mereka tadi hanyalah sebuah gambaran yang kita lihat melalui teropong media sosial. Sebagai kaum milenial yang tumbuh di era serba Internet saat ini, sosial media sudah menjadi sesuatu yang sangat normal dan natural bagi kita, bisa diibaratkan senatural bernafas dan meminum air. 

Bahkan, terkadang badan dan otak kita tidak mampu bekerja tanpanya. Kita menjadi sangat bergantung pada media sosial untuk hiburan kita dan tanpa disadari kita membangun sebuah 'pintu kemana saja' menuju kehidupan orang lain hingga kita lupa dampak yang dimilikinya terhadap kehidupan kita sendiri.

Pernah merasakan kurang percaya diri? Kurang cantik? Kurang kurus? Kurang putih? Mungkin ketika kita melihat mba-mba hijabers ramai endorse di Instagram hingga mampu membeli Nike Air Vapormax atau Fila Disruptor hingga kita merasa sepatu yang kita miliki berasa seperti sandal Shallow di Masjid sebelah, hidung mereka yang mancung hingga berasa ingin segera pasang filler senar gitar biar cetar, atau segera ingin memulai menjadi Selebgram hingga kuota habis untuk streaming tutorial make up. 

Oh, atau ketika melihat Rachel venya dan Niko yang jalan-jalan keluar negeri, sampai berharap menjadi anak raja minyak agar hidup serba ada, bahagia, keluar negeri jadi hal yang biasa? Pokoknya, ingin hidup serba sempurna seperti apa yang kita lihat di Instagram. Kalau bicara takaran perfect, Instagramlah tolak ukur yang pas.

ingin foto di tempat yang bagus agar dikata traveller, menyunting foto sampai jerawat hilang agar dikomentari aesthetic, atau foto di gunung sembari memegang kertas bertuliskan 123135124647 Mdpl agar kelihatan seperti pencinta alam, padahal membuang abu rokok saja nggak di asbak, mau foto makanan di cafe mewah agar dicap anak kekinian? padahal mama papa yang bayar bon nya. 

Kita menjadi terlalu fokus dan terobsesi untuk membuat kesempurnaan versi digital kita hingga lupa untuk mengkhawatirkan diri kita di dunia tiga dimensi yang nyata ini, kita menjadi terlalu sibuk membanding-bandingkan diri kita dengan kehidupan orang lain. Pernah dengar The Social Comparison Theory atau Teori Perbandingan Sosial?

Inti dari teori ini adalah kita terkadang membandingkan diri kita dengan orang lain, sebagai hasilnya kita terus-menerus mengevaluasi diri kita, mencari celah pada diri kita ini dalam berbagai hal seperti daya tarik, kekayaan, kecerdasan, kesuksesan dan lain-lain. Hal ini pada akhirnya menyebabkan kita tidak percaya diri, kurang menghargai diri, kecemasan yang berlebihan dan tidak pernah akan merasa puas dengan diri kita sendiri. 

Hal ini diperparah dengan adanya sosial media, salah satu yang paling berpengaruh saat ini adalah Instagram. Peneliti di Universitas Bond di Australia, melihat hubungan antara harga diri dan penggunaan Instagram terhadap 237 dewasa muda antara usia 18 dan 29 tahun. Hasilnya adalah ternyata orang yang mendasarkan harga diri mereka berdasarkan apa yang mereka lihat di Instagram, akan mengalami situasi perbandingan sosial yang pada akhirnya merasa harga diri yang mereka miliki lebih rendah.

Jadi, semakin kamu sering membanding-bandingkan dirimu dengan seseorang yang lebih popular, lebih cantik, lebih kaya, lebih terlihat bahagia di Instagram maka semakin kurang percaya diri yang kamu punya.

Kalau kata Steve Furtick "The reason we struggle with insecurity is because we compare our behind-the-scenes with everyone else's highlight reel." Artinya nih guys, alasan dibalik kenapa kita mempunyai masalah kegelisahan itu karena kita membanding-bandingkan bagaimana diri kita sebenarnya dengan sorotan utama orang lain atau apa yang orang lain miliki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun