Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perang Rusia dan Ancaman Krisis BBM di Indonesia

5 April 2022   22:47 Diperbarui: 7 April 2022   20:06 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : SPBU PERTAMINA (sumber : kompas.com)

Serangan Rusia di Ukraina sejak 24 Februari 2022 telah memicu terjadinya ancaman krisis pasokan minyak dan gas terbesar dalam sejarah dunia. Ancaman ketidakpastian, dan kerentanan yang sering kita kenal dengan VUCA (Vulnerability, Uncertainty, Complexity, & Ambiguity) ini tentunya sebagai keberlanjutan krisis pasca pandemi covid-19. 

Saya tergelitik untuk secara khusus mencermati dokumen laporan International Energy Agency (IEA) tentang situasi Pasar Minyak yang diterbitkan bulan Maret 2022.

Laporan Pasar Minyak IEA (Oil Market Report) adalah salah satu sumber data, prakiraan, dan analisis paling otoritatif dan tepat di dunia tentang pasar minyak global--termasuk data statistik terperinci dan komentar tentang pasokan, permintaan, cadangan minyak, harga, dan aktivitas penyulingan minyak, serta berbagai kegiatan perdagangan minyak untuk negara IEA dan negara-negara non-IEA terpilih.

Dalam laporan tersebut, International Energy Agency (IEA) menyebut pasar energi global berada di persimpangan jalan pasca serangan Rusia ke Ukraina.

Insiden ini telah membawa keamanan energi kembali ke titik terendah sekaligus berada di garis depan agenda diplomasi politik energi akibat melonjaknya harga minyak dan gas ke ketinggian baru yang tidak wajar. Krisis harga minyak dan gas dunia ini akan dapat mengakibatkan perubahan jangka panjang pada pasar energi.

Implikasi dari potensi hilangnya ekspor minyak Rusia ke pasar global tidak dapat diremehkan. Rusia adalah pengekspor minyak terbesar di dunia, dan mengirimkan 8 mb/d produk minyak mentah dan olahan penyulingannya ke pelanggan di seluruh dunia.

Sanksi Amerika beserta sekutu NATO maupun sekutu G7 yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dikenakan pada Rusia hingga saat ini telah diterapkan dengan suatu pengecualian khusus dalam hal perdagangan energi.

Namun ironisnya, banyak perusahaan minyak besar, perusahaan perdagangan dunia, perusahaan pelayaran dan bank telah mundur dari berbagai bisnis dengan negara Rusia.

Saat ini, terdapat potensi penghentian pasokan minyak Rusia sebesar 3 mb/hari mulai April, tetapi kerugian dapat meningkat jika pembatasan, sanksi Internasional dan atau kecaman publik meningkat.

Minyak Rusia terus mengalir untuk sementara waktu karena kesepakatan jangka panjang dan perdagangan yang dibuat sebelum Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina.

Beberapa importir minyak Asia telah menunjukkan minat pada harga minyak per barel yang jauh lebih murah, tetapi sebagian besar tetap berpegang pada negara pemasok minyak tradisional di Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika untuk sebagian besar pembelian mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun