Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jokowi-Gibran, Problem Etika Terpenting Politik Dinasti

24 Juli 2020   11:02 Diperbarui: 24 Juli 2020   19:15 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA News/Hanni Sofia)

"Political dynasty is something that is not desirable but (it thrives) because of the Filipino culture. We must have a law. Absent of a law, it should be the moral values of the family. It's a moral issue more than legal because if the head of the family has a strong moral compass, then he will avoid dynasty practices." -- Ramon Magsaysay Jr, senator Filipina, putra Presiden Filipina ke-7, Ramon del Fierro Magsaysay Sr.

Saya 100% setuju pernyataan Ramon Magsaysay junior. Sekalipun tidak ada hukum yang melarang, praktik dinasti politik seharusnya dihindari sebab bertentangan dengan etika publik. Ketika tidak ada hukum yan melarang, faktor kunci pencegahan praktik dinasti politik terletak pada kepala keluarga sebagai patron politik. 

Politisi yang baik seharusnya menjadi kompas moral bagi keluarga, memberikan contoh keutamaan politik bermartabat kepada keluarga, menghindari praktik dinasti politik.

Sepertinya para petinggi PDIP yang membela pencalonan Gibran dalam Pilkada Solo dengan argumentasi tidak ada hukum yang melarang, perlu merenungkan pernyataan Ramon Magsasay Jr.

Dinasti politik memang bukan problem hukum melainkan masalah etika. Etika adalah prinsip-prinsip moral yang menuntun perilaku dan tindakan seseorang dalam relasi sosial. Karena politik adalah juga relasi sosial, tidak terhindarkan para aktornya dituntut berperilaku etis.

Secara etimology, etika (dari bahasa Yunani, ethos) dan moral (dari bahasa Romawi, mos) sama-sama berarti kebiasaan-kebiasaan yang mapan dalam relasi masyarakat sehari-hari [Guareschi, 2017).

Kebiasaan-kebiasaan bersyarat keberterimaan oleh anggota masyarakat. Masyarakat umumnya menerima hal-hal yang secara umum dianggap baik -- meski penilaian tentang baik dan buruk berkembang seturut gerak zaman. 

Apapun ranah dan bentuk relasi sosial manusia, pertimbangan baik-buruk perilaku, peran, dan tangungjawab setiap partisipan relasi sosial selalu integral di dalamnya. Itu sebabnya, Paulo Freire katakan, manusia adalah makhluk etis; etika melingkupi segala keberadaan manusia.

Akan tetapi pendasaran penilaian baik-buruk selalu mengundang pertanyaan bahkan perdebatan. Karena itulah menurut Pedrinho Guareschi, muncul upaya untuk membedakan moral dan etika. 

Moral adalah kebiasaan dan norma yang eksplisit, diam-diam, dan tidak dipertanyakan terbangun di antara individu dan kelompok. Sebaliknya etika selalu menuntut refleksi filosofis tentang pendasaran status baik dan buruk suatu tindakan atau perilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun