Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Kata Klarifikasi Ada Kepentingan Ego, Betulkah?

14 Januari 2022   11:00 Diperbarui: 14 Januari 2022   11:05 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Mulutmu adalah harimau-mu"

Pepatah ini sering dikatakan oleh orang-orang disekitar kita dengan tujuan supaya berhati-hati dalam menyampaikan lisan. Masih ada banyak pepatah yang menyinggung tentang perihal hati-hati dalam berbicara. 

Menurut saya hal ini sangat penting sekali untuk diperhatikan. Memang menggibah itu adalah salah satu hal yang tidak perlu dipelajari. 

Namun adalah lebih baik jika saya mempertimbangkan setiap perkataan saya,jangan sampai apa yang saya ucapkan menyakiti orang lain,mengecewakan orang lain atau membuat orang lain menjadi tidak nyaman melainkan dengan lisan saya orang lain bisa terselamatkan.

Ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika harus menceritakan orang lain. salah satunya ialah tentang kebenaran fakta yang diceritakan kemudian kepada siapa harus diceritakan. 

Pertanyaan refleksi sebelum menceritakan orang lain adalah apakah ada manfaat atau faedahnya bagi pendengar ? Jangan karena keenakan bercerita sampai tak kenal batas akhirnya perkataannya sendiri yang menjerat dirinya.

Suatu waktu saya dipertemukan dengan situasi yang seperti ini. Seorang teman wara-wiri untuk menceritakan kejelekan saya. Lumayan kalau yang dikatakan itu benar,hehehe. 

Saya cukup mendengarkan  nada-nada sumbang yang ditujukan kepada saya. Saya sadar betul bahwa saya bukanlah mahluk sempurna yang luput dari kesalahan. 

Nada-nada sumbang itu mulai menyebar dan mungkin saat itu menjadi konsumsi untuk kalangan tertentu. Dalam situasi itu tak sedikitpun saya berniat untuk mencari pembelaan diri atau berusaha membenarkan diri dihadapan orang banyak.

Yang saya lakukan pada saat itu adalah menjumpai sumber berita tersebut yang tak lain tak bukan adalah teman dekat saya. Miris bukan ? Pada saat itu yang menjadi kekuatan saya hanyalah doa. 

Saya sangat yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menunjukkan jalan untuk saya. Walau sebenarnya pemberontakan itu tetap berkobar dalam diri ini tapi saya tetap mencoba untuk bersikap lebih tenang.

Awalnya kami bercerita baik-baik seolah tidak ada yang terjadi. Namun,pelan-pelan saya menyuguhkan beberapa pertanyaan terkait nada sumbang yang saya dengar. 

Seperti biasanya seseorang tidak akan pernah mengakui kesalahannya dan tidak mengakui apa yang menjadi cacatnya dimata orang. Klarifikasi demi klarifikasi dilontarkan kepada saya. 

Walaupun dibalik kata klarifikasi tersirat "ketakutan" namun bagi saya hal itu tetaplah unsur kepentingan ego. Merasa Seolah tak ada maksud atau niat dibalik semua tindakannya yang telah merugikan orang lain. Jadi,dibalik klarifikasi ada kepentingan ego itu betul menurut saya.

Sikapnya yang demikian menimbulkan rasa sesal dalam diri saya. Namun rasa sesal tidak cukup untuk mengajari orang lain melainkan memberikannya efek jera. 

Sebenarnya hai kecil saya berkata pada saat itu," Sudahlah,dia hanya mengatakan apa yang tidak dimengertinya". Namun saya juga harus bersikap bijak untuk meyikapi hal ini yakni dengan cara mengingatkannya akan resiko yang terjadi akibat ulahnya tersebut.

Nah,teman-teman dari pengalaman diatas saya bisa membuat kesimpulan bahwa tidak semua klarifikasi itu mendatangkan kebenaran. Akan tetapi klarifikasi lebih pada kepentingan ego atau klarifikasi dilakukan untuk menyelamatkan diri sendiri. 

Selain itu ,bagi saya sendiri kenyataan tersebut merupakan ciri dari seseorang yang tidak bertanggung jawab. Saya sendiri juga tidak menyukai yang namanya klarifikasi. 

Dengan tidak menyukai klarifikasi artinya saya harus benar-benar menimbang setiap perkataan saya. Sebab bagi saya semua ada waktunya. Ada waktu untuk berguyon, ada waktu untuk berbicara serius,ada waktu untuk bercanda dan lain sebagainya. Hindarilah klarifikasi agar tutur katamu semakin bijak dan original.

So,berbicaralah sesuai tingkat pengetahuan, berbicaralah sesuai tingkat pemahaman. Jangan sampai apa yang kita katakan menjadi penyakit bagi orang lain dan menjadi jerat bagi diri kita sendiri. 

Menyembuhkan luka tidaklah semudah melukai. Hendaknya kita bijak dalam bertutur kata agar kata-kata kita menjadi angin segar bagi yang mendengarkan. Ingat,perkataan kita juga menjadi rambu-rambu dari karakter kita. Kita akan dikenali lebih jauh dari cara kita bertutur kata.

So,jangan biasakan untuk melakukan klarifikasi sebab klarifikasi sudah mengandung unsur kepentingan ego.

semoga bermanfaat

semoga bermanfaat..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun