Mohon tunggu...
Tika YuliaDamayanti
Tika YuliaDamayanti Mohon Tunggu... Novelis - Bismillahorrahmanirrahim

:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keinginan Bundaku

1 Maret 2020   21:31 Diperbarui: 1 Maret 2020   21:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah sampai di UPI tiba-tiba Vazza berbisik padaku "Ca liat sekitar mereka terlihat cerdas, putih, tinggi, bahkan tampan". Nyaliku ciut ketika melihat sekitar memang benar apa yang dikatakan vazza orang-orang disana terlihat cerda, aku takut jujur aku takut untuk perlombaan kali ini karena aku melihat seseorang yang aku kenal. Lalu pembimbing pun mengarahkan ku agar segera mengisi daftar hadir dan menggunakan identitas yang telah disiapkan pihak pelaksana. Aku pun ditempatkan di lantai pertama sedangkan yang lain dilantai dua, mungkin karena aku mengikuti OLIMATIKA (olimpiade matematika) bukan CTM (cerdas tangkas matematika). Aku melirik kesebelah kiriku lagi-lagi orang itu orang yang setiap perlombaan selalu mengalahkanku, ia pun tersenyum padaku lalu aku pun membalas senyumannya sebentar. Aku yakin kali ini aku pasti akan dikalahkannya lagi, "Ya Allah bantulah aku jangan biarkan aku ciut dan tidak percaya diri seperti ini" do'aku dalam hati.

Tiba-tiba ada panggilan whatsapp aku pun membukanya ternyata itu dari sahabatku Kevin Alfaro yang sering aku panggil Al agar lebih singkat ketika memanggilnya. Aku pun mengangkat panggilan itu "Selamat pagi aca, semangat lombanya aku tau pasti kamu bisa kan selama 2 tahun ini yang mengajarkanku math kamu,hehe. Masa iya guruku ini ga bisa sih" ucap Al padaku. Aku pun tersenyum dibalik panggilan itu lalu kami pun melanjutkan panggilan itu, aku pun bercerita bahwa aku bertemu dengan orang yang sama di perlombaan ini dengan orang yang sering aku temui di perlombaan sebelumnya hingga pada akhirnya para panitia pelaksanakun mengingatkan untuk tenang karen pembukaan akan segera dimulai. Aku pun menutup panggilan itu dan mengikuti pembukaan dengan serius. Dimulai dari pembukaan ketua pelaksana, ketua himpunan matematika, para dosen, hingga perwakilan provinsi yang isi pembukaannya memotivasi kami agar semangat dan jujur dalam mengerjakan. Bundaku pernah berkata "Bunda bangga jika kamu jujur walaupun kamu berada dibawah mereka dan bunda akan kecewa jika kamu diatas mereka karena ketidak jujuranmu" itulah yang bunda ucapkan ketika aku akan melaksanakan UN SMP sudah 3 tahun yang lalu tapi setiap ucapan bunda tidak pernah aku lupakan.

Perlombaan pun dimulai kata panitia  nilai dilihat dari tingkatan soal jika, soalnya sulit maka nilai benar soal itu adalah 4, jika soal itu tingkat kesulitannya sedang maka nilainya 3, jika soal itu tingkat kesulitannya mudah maka  nilainya 2, dan jika jawaban dari setiap soal salah maka akan diberi nilai -1 untuk setiap soal yang salah. Jumlah soal yang kami terima ada 30 soal dan waktu pengerjaannya pun di mulai. Aku pun mengerjakannya, menghitung setiap soal dengan teliti, membaca ulang satu persatu dan pada akhirnya aku hanya mampu menjawab setengah dari soal yang diberikan oleh pihak pelaksana. Akhirnya 2 jam pun cepat berlalu, soal beserta jawabannyaa pun diambil oleh panitia dan kami semua pun diberi waktu 1 jam untuk ISOMA (istirahat, solat, makan). Siswa dari sekolah kami pun akan berkumpul di depan ruangan karena pembimbing menyuruh kami untuk makan bersama terlebih dahulu. Kami semua pun makan bersama hingga makanan habis Vazza sahabatku memulai obrolan denganku. "Ca tadi kamu menjawab berapa soal?" tanya Vazza. "Hmm cuman 15 karena aku ragu dengan yang lainnya makanya aku hanya menjawab soal 15, hehe" jawabku sambil tertawa malu. Tiba-tiba aca menggebrak mejanya dan berkata "Hebat aku aja cuman bisa menjawab 5 soal aja, sedangkan kamu 15. Tidak mau tau nanti kamu harus ajarkan aku!". Aku pun mengangguk dalam keadaan kaget, Vazza pun tertawa karena melihatku yang masih kaget dasar sahabatku satu ini.

Aku dan Vazza pun setelah makan segera ke kamar mandi untuk mencuci tangan lalu mencari masjid untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai umat muslim. Tepat pada pukul 13.00 kami pun sudah berada didalam ruangan dan para peserta pun diberi materi oleh seorang profesor mengenai industri 4.O. Materi yang disampaikannya cukup membuatku terkejut karena pada masa yang akan datang semua akan serba canggih dan mecari sebuah pekerjaan itu akan menjadi sulit karena satu persatu pekerjaan di sebuag perusahaan akan dikerjakan oleh sebuah mesin. Akhirnya sesi pengumuman pun dimulai, panitia memerintahkan kami untuk melihatnya di mading depan ruangan ini.

Semua peserta pun segera melihatnya termasuk Vazza yang telah berdiri siap untuk melihat hasilnya. Vazza pun berkata padaku "Ca kamu tidak penasaran dengan hasilnya? Aku sih penasaran dengan hasilmu pasti kamu lolos tahap ini, sedankan punyaku? Sudahlah aku sudah tau hasilnya tanpa melihatnya" ucapnya sambil tertawa. Aku pun menjawab perkataan vazza "Aku penasaran tapi sepertinya disana masih ramai dan aku tidak mau berdempet-dempetan" akhirnya Vazza pun mengerti dan kami pun menunggu beberapa menit.

Ketika aku dan Vazza sedang menunggu lagi-lagi kulihat anak yang sering bertemu dengan ku di perlombaan matematika sedang tertawa senang dengan teman-teman lainnya. Sungguh itu membuatku semakin yakin bahwa mereka bertiga masuk tahap selanjutnya dan itu pun membuat aku khawatir akan nilaiku. Aku pun berdiri dan mengajak Vazza untuk melihat hasilnya. Aku pun mulai melihat dari bawah, namaku belum terlihat dari urutan 70-20 jantungku pun semakin berdegup kencang 20 besar sudah ku lalui tetap namaku belum ada. "Ya Allah aku senang karena masuk 10 besar, tapi urutan keberapakah aku" tanyaku dalam hati.

Tiba pada saat urutan ke 6 namaku terpampang jelas Chalondra Calya Grizelle asal sekolah SMAN 1 Padalarang dengan point total 50 point. Lalu kulihat diatasku oh aku mengenali dua nama ini Aira dari SMAN 3 Bandung dan Arya dari SMAN 3 Bandung juga, wuah tidak ku sangka aku terkalahkan oleh mereka lagi. Ketika kulihat pointnya Aira mendapat 70 berada di posisi 1 dan Arya mendapat 55 berada di posisi 4. Mataku pun memelototi point itu hampir akan keluar dari tempatnya, kemudian aku pun melihat persyaratan untuk tahap selanjutnya. "Apa ini? hanya 5 besar yang masuk? Oh ayolah point aku dan si 5 besar hanya beda 3 point" ucapku dalam hati. Tapi apa daya itu sudah ketentuan dari pihak pelaksana.

Harapanku hancur untuk memberikan kebanggaan untuk sekolahku, mungkin tidak hanya harapanku saja yang aku hancurkan tapi harapan bunda, ayah, pembimbing, sahabat, bahlkan harapan bagian dari sekolahku pun aku hancurkan. Aku menunduk menyembunyikan kesedihanku hingga Vazza pun menepuk bahuku dan berkata "Ayo aca kita kedalam, sudah sangat bagus kamu masuk posisi 6. Ingatlah perkataan pembimbing kita tadi pagi. 'Biarlah hasil menjadi takdir yang harus kita syukuri'" ucap Vazza sambil menenangkanku. Akhirnya akupun sedikit lebih baik untuk saat ini, aku dan Vazza pun segera masuk kembali untuk menghadiri penutupan perlombaan hari ini. Setelah sampai di rumah bunda pun bertanya "Aca bagaimana hasilnya" ia bertanya dengan penuh harap. Aku pun memeluk bunda dan menangis dalam pelukannya "Maafkan aca bunda, aca masih belum bisa membahagiakan bunda. Maka dari itu perkataan bunda pada saat aca meminta izin untuk mengikuti perlombaan ini akan aca lakukan" aku tidak ingin melihat ekspresi kecewa bunda itu akan menjadi sebuah tamparan bagiku, hingga akhirnya bunda berkata "Sudahlah sayang, mulai saat ini berhenti mengikuti perlombaan-perlombaan lagi fokuslah pada apa yang telah kita sepakati waktu itu" . Aku pun menganggukan kepalaku sebagai tanda aku menyetujui perkataan bunda.

Keesokan harinya aku masuk sekolah seperti biasanya, namun aku tidaklah aku yang setiap harinya dihiasi senyuman lebar dan keceriaan. Aku masih diliputi kesedihan mengenai hasil kemarin. Hari demi hari aku lewati tanpa semangat hingga pada akhirnya Al yang memperhatikanku selama 3 hari ini berkata "Aca bisa ikut aku?" tanya al yang langsung mambawaku ke halaman belakang sekolah. Ia pun berkata "Aca aku tau kamu sedih karena gabisa masuk tahap selanjutnya dari perlombaan itu tapi ayolah jangan seperti ini, jangan seperti aca yang tidak aku kenal". Aku pun menunduk menyadari sikapku selama 3 hari ini, aku merasa selama 3 hari ini aku mengacuhkan sahabarku Al dan Vazza serta teman-teman lainnya yang meminta pertolonganku dalam mengerjakan tuga, tapi aku bisa apa jika aku tidak ada mood untuk melakukan apa-apa. Al pun kembali berkata "Sudah ya ca bersedih-sedihnya, kau harus tetap semangat apalagi bundamu waktu itu bilang kalau dia ingin kamu masuk STAN" aku pun tersadarkan bahwa aku memang harus belajar keras untuk memenuhi keinginan bunda. Bunda pernah berkata bahwa ia ingin aku masuk STAN agar masa depanku terjamin. Aku pun berkata pada al "Terima kasih al, aku pasti akan semangat belajar meraih apa yang bunda inginkan" dengan penuh semangat. Hari-hari selanjutnya kehidupanku berjalan seperti biasanya tawa canda kembali hadir mewarnai hidupku. Setiap pulang sekolah sebisa mungkin aku mengisi 20 soal untuk mempersiapkan pengetahuanku mengenai STAN.

 Hingga UN pun telah aku lalui, Vazza dan Al mantap mengikuti SBMPTN tapi aku tidak aku memantapkan diriku untuk masuk STAN. Akhirnya bulan kelahiran dan bulan tes masuk STAN pun tiba aku pun mengikuti tesnya, soal tesnya lebih mudah dari apa yang aku kerjakan sebelum-sebelumnya. Aku pun berhasil menjawab semua soal yang diberikan. Kami diberi 120 soal yang terdiri atas soal pengetahuan dasar, bahasa inggris, dan tentang kenegaraan.

Detik-detik pengumuman pun tiba para penitia pun menempelkan hasil tes. Bunda yang asalnya duduk disampingku langsung berdiri aku berkata pada bunda sambil menunduk takut mengecewakan bunda untuk kedua kalinya "Bunda saja yang lihat, aku tunggu disini sambil menunggu kabar baiknya". Bunda yang menyadari kekhawatiranku pun memahaminya. Semakin lama bunda pergi melihat hasil itu semakin rasa khawatiku bertambah pada setiap detiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun