Mohon tunggu...
Tika YuliaDamayanti
Tika YuliaDamayanti Mohon Tunggu... Novelis - Bismillahorrahmanirrahim

:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keinginan Bundaku

1 Maret 2020   21:31 Diperbarui: 1 Maret 2020   21:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sang mentari pagi telah muncul dari arah timur dengan membawa sapaan hangat pada kulitku. Halaman yang tidak begitu luas tetapi nyaman dan indah dengan bunga serta hiasan lainnya yang tertata rapih. Rumahku yang berada di pinggiran kota membuatku tidak terlalu risih dengan keramaian. Tentram, nyaman, dan damai itulah desa tempat aku tinggal bersama keluargaku. Desa dimana masih terdapat banyak pepohonan yang membuat udara disekitar desaku masih asri. Desa dimana terdapat hamparan sawah yang luah dengan banyaknya burung yang saling berkejar-kejaran. Inilah desaku yang indah dimana aku dibesarkan oleh ayah dan bunda dengan penuh kasih.

Pada 17 tahun yang lalu seorang putri bernama Chalondra Calya Grizelle telah dilahirkan tepat pada tanggal 3 Juli 2001. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang bunda dan ayah serta keluarga besar lainnya. Aku sering disapa dengan panggilan caca karena namaku terlalu panjang dan susah untuk diucap. Aku mempunyai seorang bunda yang bernama Raina, seperti namanya bundaku sangat senang dengan hujan. Aku pun mempunyai seorang ayah yang menjadi seorah pahlawan yang tak pernah kesiangan untukku ia bernama Devin. Bunda Rain dan Ayah Dev memberikan nama padaku dengan arti yang sangat bagus. Chalondra artinya cerdas atau pintar, Calya artinya sempurna, dan Grizelle artinya wanita pejuang yang cerdas.

Di minggu pagi ini aku sedang berada di kamarku tepatnya berada dilantai 3 rumahku. Aku sedang membereskan tempat tidurku karena bunda pernah berkata bahwa kita haruslah menjadi perempuan yang rajin, disiplin, dan cerdas. Apapun perkataan bunda pasti akan aku lakukan, karena didikan orang tua itu hal yang terbaik untuk kita dan tidak akan membuat kita rugi. Setelah selesai membereskan kamar aku turun menyusuri satu persatu tangga hingga akhirnya aku sampai di lantai pertama dimana disana telah tercium aroma kopi yang teletak di depan ayah yang sedang duduk sambil membaca koran pagi ini.

Aku pun menyapa ayah "Selamat pagi my hero" sambil mengecup pipinya yang membuatnya sedikit terkejut. Ayah pun membalas ucapan selamat pagiku. Lalu aku pun melangkah mendekati bunda yang sedang memasak wangi harum masakan bunda pagi ini membuatku seperti sedang berada di surga, menurutku masakan bunda itu mengalahkan menu-menu di hotel berbintang lima dan masakan bunda adalah masakan terbaik yang selalu aku nikmati. Aku pun menyapa bundaku "Selamat pagi bunda ku sayang" sambil mencium kedua pipinya secara bergantian. Setelah itu aku pun duduk di meja makan dan siap untuk menyantap sarapan yang bunda masak hari ini.

Acara sarapan pagi ini telah selesai kami lakukan, akupun meminta izin kepada bunda dan ayah untuk pergi ke perpustakaan sekolah. "Bunda,Ayah. Caca izin pergi ke perpustakaan sekolah." Izinku pada mereka. Ayah pun berkata "Oh mau persiapan untuk lomba besok? Boleh asal ayah yang antar caca". Aku pun segera ke kamar untuk menyiapkan alat tulis yang akan aku gunakan nanti dan mengganti pakaianku. Aku pun pamit pada bunda "Bunda caca pergi dulu ya, mungkin nanti caca pulangnya agak malam. Bunda jangan lewatkan makan siang ya. Assalamu'alaikum" sambil mengecup tangan bunda. Bunda pun mengusap kepalaku sambil berkata "Baiklah sayang, bunda tidak akan melewatkan makan siang. Jangan terlalu dipaksakan ya belajarnya karena kamu juga harus belajar untuk persiapan masuk kuliah nanti. Wa'alaikumsalam".

Setelah berpamitan dengan bunda akupun segera menuju garasi dimana ayah sedang memanaskan motornya. Ayah pun berkata "Sudah pamit pada bunda? Kalau sudah ayo berangkat hari ini pasti akan macet karena weekend". Aku pun menjawab "Sudah ayah, ayo berangkat ayah". Lalu ayah memakaikanku helm dan kami pun berangkat menuju perpustakaan sekolahku. Benar kata ayah hari ini jalanan cukup padat mungkin kebanyakan dari mereka akan menuju suatu tempat untuk berlibur. Ada yang bersama keluarganya pergi menggunakan mobil, ada yang bersama istri atau anaknya menggunakan motor, dan ada yang bersama pasangannya menggunakan mobil ataupun motor. Hari minggu pagi memang membuat bahagia buktinya mereka semua wajahnya ceria walaupun bermacet-macetan, ya aku tau mereka bahagia karena akan berlibur tapi tidak yang berlibur saja yang bahagia karena aku pun bahagia di pagi ini dan akan bahagia dipagi-pagi selanjutnya.

Setelah sampai di perpustakaan sekolah aku pun turun lalu melepas helm dan memberikannya kepada ayah. Lalu ayah berkata "Belajar yang rajin ya anak ayah, nanti telfon ayah kalo belajarnya udah selesai nanti ayah jemput". Aku pun menjawab "Baik ayah, aku masuk dulu ya, hati-hati di jalan ayah." Sambil mengecup tangan ayah. Aku pun segera masuk kedalam perpustakaan, ku lihat semua murid sudah berkumpul. Kami pun duduk dan mengobrol sambil menunggu datangnya pembimbing. Vazza pun menyapaku "Selamat pagi Aca, sudah sarapan?" sambil memasang wajah yang ceria. Aku pun menjawab "Selamat pagi juga Za, sudah. Kamu pun sudah sarapan kan?". Lalu Vazza sahabatku pun memberi isyarat sudah dengan menganggukan kepala sambil tersenyum senang.

Akhirnya aktivitas belajar kamu pun dimulai karena pembimbingku sudah datang. Soal demi soal kami lewati mulai dari limit, tiga dimensi, integral, logaritma, eksponen, lingkaran dan banyak lagi lainnya hingga pada akhirnya hari sudah mulai gelap sang mentari sudah siap menghilang dari bumi dan digantikan oleh terangnya bulan serta bintang yang bersinar diindahnya langit malam. Aku pun segera menelpon ayahku dan meminta untuk segera di jemput. Aku pun mengangkat telfonku lalu mencari kontak ayah dan menelponnya hingga sambungan telpon kami pun terhubung "Assalamu'alaikum ayah aca sudah selesai bimbingannya, ayah bisa jemput aca sekarang?...........(ayah berbicara) Baik ayah aca akan tunggu ayah di post satpam". Aku pun menutup panggilan itu dan segera menuju ke post satpam untuk menunggu ayah.

Beberapa menit kemudian ayahku sampai dan kami pun segera pulang. Ayah memakaikan helm dan memberikan jaket padaku katanya angin malam itu musuh karena ia bisa membuat kita sakit. Ketika di perjalanan pulang aku melihat bulan dan bintang yang bersinar malam ini sangatlah indah. Setelah sampai di rumah aku pun menyapa bunda dan langsung membersihkan badan. Setelah membersihkan badan aku pun menyiapkan barang-barang untuk perlombaan besok. Pada akhirnya semua aktivitasku hari ini selesai saatnya aku mengistirahatkan badanku dan menyiapkan tubuh agar esok pagi tidak terlalu lelah.

Suara adzan membangunkan tidurku aku pun segera mandi dan mengambil wudhu. Setelah selesai shalat aku pun mengangkat kedua tanganku untuk memanjatkan do'a "Ya Allah ampunilah aku, ampunilah kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil. Hindarkanlah kami dari fitnah dajal di akhir zaman nanti. Ya Allah Ya Rabb berikanlah kemudahan dan kelancaran pada perlombaanku kali ini, semoga aku selalu dalam lindungan-Mu dan selalu ada di jalan-Mu dengan orang-orang beriman lainnta. Aamiin" sambil mengusapkan telapak tanganku pada wajahku. Setelah selesai berdo'a ku lipat mukena dan sejadah lalu ku simpan di atas lemari kecil samping tempat tidur. Waktu pun cepat berlalu aku telah siap dengan segala persiapanku. Sarapan telah aku lakukan saatnya aku pergi kesekolah untuk berkumpul dahulu dengan yang lainnya. Aku pun berpamitan dengan bundaku "Bunda aca pergi dulu ya, do'akan aca. Assalamu'alaikum" sambil mengcup punggung tangannya. Lalu ayah pun mengantarkanku ke sekolah, pagi ini cukup dingin makannya bunda tadi dirumah memasukan teh hangat dalam tasku.

Senin pagi ini jalanan belum terlalu ramai mungkin karena masih pagi. Sesampainya di sekolah aku pun berkumpul di halaman depan sekolah, karena akan ada arahan dari pembimbing. "Baik anak-anak sebelum berangkat mari kita niatkan diri kita bukan untuk menjadi juara melainkan mencari ridhanya Allah. Bapak tau perlombaan di Universitas Pendidikan Indonesia ini sangat berat karena tingkatannya nasional. Tapi bapak harap kalian tetap mengikutinya dengan sungguh-sungguh, biarlah hasil hanya sebatas takdir yang harus kita syukuri yang penting kita sudah berikhtiar" ucap pembimbingku dengan panjang lebar. Lalu semuanya pun mengangguk paham dan kami pun berdo'a bersama yang di pimpin oleh pembimbingku. "Mari kita berdo'a dahulu agar diberi keselamatan dan kelancaran, berdo'a dimulai" pimpin pembimbingku. Setelah selesai bedo'a kami pun masuk kedalam mobil sekolah dan perjalanan menuju UPI pun dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun