Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ronde Malam (Cerbung Bagian 4)

2 Agustus 2020   13:23 Diperbarui: 2 Agustus 2020   13:19 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari indokaskus.blogspot.com

"Buktikan dengan semangat sikapmu. Atau ketegasan melihat aku milik orang, maaaas...".

Wiwid menjerit, menangis, mencakar pipi merah basah itu! Air mata deras menghujam lantai tanah teras. Meresap dan menghilang!

Ia tepis uluran tangan Ikhsan. Ia tantang tatap Ikhsan dengan dengan getar bibir yang dahsyat! Ikhsan menatap wajah ayu, itu. Memerah, dan berkaca-kaca!

"Aku, menunggu keajaiban Dik. Hanya itu yang aku bisa. Aku meminta miracle itu, untuk kita!", bisik Ikhsan lirih, bersamaan jatuhnya dua tiga air mata yang sudah cukup lelah menggenang di sudut matanya.

Membisu!

Wiwid melangkah mendekat. Ia usap air mata itu yang kini berdiam di sudut bibir Ikhsan. Lembut, dengan ketajaman tatap mata Wiwid, yang masih tersisa.

Pagi yang melelahka, bagi sejoli yang berjiwa asmara dalan kerundungan duka. Takdir serasa semakin mengaburkan janji-janji dan mimpi-mimpi. Ikhsan terpaku. Menatap tajam gemulai langkah menjauh dari dirinya. Langkah itu gontai! Serasa semakin membuat lama sosok itu untuk menghilang.

Kabut pun tak mampu menutupi seribu rasa langkah duka Wiwid. Meninggalkan Ikhsan bersama sisa usap Lembut yang masih dirasa.


       (bersambung...)

karya          : 7    Januari 2018
diposting  : 20 Juli 2020

Salam,

Akhmad Fauzi

*foto dari indokaskus.blogspot.com
*Nama, waktu, situasi, dan tempat hanya fiksi belaka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun