Sesosok lelaki tampak terbang mengitari awan. Sesekali rambut keritingnya terserempet sayap burung malam yang kepagian. Burung itu berkaok. Mungkin dalam bahasa manusia, burung itu memaki. Lelaki terbang itu tak peduli. Matanya tetap nyalang mencari mangsa. Tugas hari kemarin belum satupun dia kerjakan.Â
SLAP
Tubuhnya mendarat di pohon asem pinggir kali. Di balik rerimbunan daun, dia mengamati seorang perempuan langsing berambut panjang berdiri di bawahnya. Baju putih perempuan yang dikiranya cantik itu berkibar. Kontras sekali dengan pemandangan pagi yang masih gelap. Cupid, nama lelaki yang tengah mengintai itu, segera mengasah anak panah sembari menunggu ada lelaki lain yang lewat.Â
"Hihihihiiii ...."Â
Suara tawa bergema mengoyak kabut dan mengagetkannya. Tawa dari perempuan berbaju putih di bawahnya. Lebih kaget lagi ketika perempuan itu menolehkan wajah penuh luka. Nanah pekat menetes pelan dari lubang menganga. Cupid ketakutan dan ingin segera terbang. Namun, rambut keritingnya tersangkut ranting. Drama pagi yang menyusahkan. Untung saja perempuan dengan tawa serenyah kerupuk tersebut langsung hilang ketika sinar pertama matahari mulai muncul.Â
"Huft, hampir saja salah sasaran nembak setan penunggu kali," gerutunya.
Cupid berkelana lagi. Dari ketinggian, dia melihat orang-orang desa tampak sangat sibuk. Pemilik kebun mawar yang tak seberapa luas, memanen habis bunganya. Hingga tak bersisa, hingga tinggal batang dan akar. Terlihat sungguh kejam.Â
Pekerja kebun yang kebanyakan dari warga desa setempat, mengangkut bebunga itu ke pinggir. Di pinggir kebun, para pekerja lain siap menerima. Mawar-mawar itu dirapikan dengan gunting. Durinya dibuang, batangnya dipotong miring bagian bawah. Daunnya dipangkas, dikurangi, yang jelek dibuang sekenanya. Untuk pupuk katanya.Â
Di tempat lain, tak jauh dari kesibukan pemotongan, terdapat tempat pengepakan. Tak banyak pekerja yang bertugas di bagian ini. Karena pekerjaanya sedikit dan mudah. Mereka hanya memasukkan mawar-mawar itu ke dalam kotak sambil ngobrol dengan teman atau bahkan bersenda gurau. Cupid seperti terhipnotis oleh kesibukan itu. Dia melupakan tugasnya lagi.
Semakin siang, kesibukan semakin terasa. Para gadis berendam di sungai. Tangannya menggosok badan dengan kuat, mulutnya cekikikan sambil saling berbisik. Entah membicarakan rahasia apa. Semoga saja setan semalam tidak menggodanya.Â