Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Biarkan Nasionalisme itu Tumbuh Setiap Zaman!

20 Mei 2020   23:31 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:39 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Kebangkitan Nasional, sejatinya mengingatkan kita akan tiga hal. Masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Setiap masa tentu akan berbeda tantangan dan situasinya.

Perlu tetap diyakini bahwa kokohnya sebuah bangsa tentu tidak lepas dari nasionalisme tersebut. Sebab nasionalisme akan membuat seseorang memiliki kehendak untuk bersatu.

Bandingkan dengan pendapat Ernest Renan. Bahwa nasionalisme terbentuk atas dua hal. Rakyat memiliki riwayat yang sama dan memiliki keinginan untuk bersatu.

Kehadiran nasionalisme di negeri ini tentu tidak lepas dari kedua hal tersebut. Bangsa kita memiliki riwayat yang sama, getirnya merasakan praktik kolonialisme bangsa asing. Adanya monopoli perdagangan, eksploitasi hasil alam, intervensi terhadap pemerintahan kerajaan atau kesultanan yang telah ada di negeri ini, diskriminasi sosial yang menempatkan pribumi sebagai kelas sosial paling rendah, hingga penetrasi budaya dengan cara paksa.

Intinya, semangat memerangi kolonialisme bangsa asing itulah yang membuat kita bersatu. Memiliki musuh bersama, terkadang sangat efektif untuk mewujudkan persatuan sebuah bangsa.

Siapakah di balik itu semua?

Mereka mampu mengubah peradigma perjuangan dari cara yang primordialis menjadi nasionalis. Mereka adalah kaum terpelajar (cendikiawan).

Budi Utomo diakui sebagai organisasi yang pertama kali menggagasnya, oleh karena itu hari lahirnya organisasi tersebut hingga saat ini selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang dirayakan setiap 20 Mei setiap tahunnya.

Perjuangan itu tidak sia-sia. Kemerdekaan semakin dekat dengan kita, ketika kita meninggalkan cara lama. Berjuang dengan kekuatan bersama bukan lagi primordialisme.

Bagaimana dengan masa sekarang?

Menurut hemat saya, sebagian kita sudah hampir kembali ke "tepi jurang primordialisme" itu. Bukankah suasana pemilu akhir-akhir ini ada yang menjurus ke arah sana? Sesama anak bangsa mulai terkotak-kotak, walau tidak semua demikian. Keyakinan kita bahwa bangsa ini masih ada tentu karena masih ada yang memiliki nasionalisme.

Sahabat pembaca, pandemi Covid-19 adalah musuh bersama. Kolonialisme bangsa barat tidak ada lagi. Hendaknya Covid-19 kita perangi bersama. Itu harapan kita yang membuat kita bersatu kembali.

Membangun solidaritas dan kepedulian untuk memerangi pandemi Covid-19 menjadi isu yang penting dan mendesak saat ini.

Saya pribadi melihat semangat solidaritas dan kepedulian itu ternyata masih ada di dalam diri anak bangsa. Berbagi dan saling menolong masih terlihat di mana-mana. Walaupun di sana-sini masih terlihat ada yang egois, hanya memikirkan keinginan dan kenyamanan diri sendiri.

Bukankah ketika ada seseorang yang tidak menaati prosedur di rumah saja, hanya karena  alasan bosan, sudah lama tidak ke mall, tidak nongkrong bareng teman dan seribu satu alasan lainnya merupakan tindakan egois?

Sekali lagi, kalau ada keperluan mendesak dan benar-benar penting, tentu semua memahaminya. Asalkan tetap menjalan setiap prosedur. Semua ini demi kebaikan kita bersama. Upaya kita memerangi dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di negeri ini harus serius.

Barangkali, dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional kali ini, kita jadikan sebagai momentum untuk bersatu melawan Covid-19. Kita harus tetap menghargai mereka yang sudah bersusah payah, ada yang harus meninggalkan keluarga bahkan hingga meregang nyawa.

Itulah sesungguhnya bentuk nasionalisme di masa pandemi Covid-19 ini.

Tentu setiap masa akan berbeda. Bahkan kalau bicara masa depan yang masih misteri, tentu memiliki tantangan tersendiri. Untuk itu, tetap kita pelihara rasa persatuan di dalam diri kita. Kita mencoba untuk selalu melihat persamaan dalam setiap perbedaan. Jangan sebaliknya, melihat perbedaan dalam persamaan. Berharap nasionalisme itupun tetap kuat hingga masa yang akan datang.

Sebagai penutup, tidak kalah pentingnya semangat nasionalisme itu akan semakin kuat ketika didukung dengan semangat kemenangan yang akan dirayakan teman-teman saat "Lebaran Sebentar Lagi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun