Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Saya dan Sekolah Indonesia di Malaysia

22 Agustus 2020   17:31 Diperbarui: 17 Februari 2021   22:46 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui SIKL saya bisa lebih jauh mengenal sekolah Indonesia luar neger lainnya. Demikian juga saya jadi dekat dengan Pusat Pendidikan Warga Negara Indonesia (PPWNI) Klang, Selangor, dan puluhan bahkan ratusan Community Learning Center (CLC) tempat bersekolahnya anak-anak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perkebunan kelapa sawit Sabah dan Sarawak.

***

Saya sangat terkesan dengan kepala sekolah yang sempat saya alami: ibu Elslee, H. Banjir Sihite, H. Agustinus Suharto, dan Dr. H. Encik Abdul Hajar yang dengan gaya kepemimpinan masing-masing sangat mendukung keberlangsungan sekolah dan pengembangan tenaga kependidikan. Tak dipungkiri bahwa capaian prestasi guru dan siswa, merupakan bukti kiprah semua kepala sekolah.

Guru-guru dan tenaga kependidikan di SIKL sangat menitikberatkan suasana kekeluargaan. Hal demikian didukung oleh perasaan senasib dan seperjuangan di perantauan. Apabila ada kabar salah satu dari keluarga besar SIKL yang sakit atau meninggal dunia, semua guru dan staf akan bergerak membantu meringankan beban moril dan materil keluarga yang sedang berduka.

Tugas berat Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), selain peran pendidikan juga melaksanakan peran diplomasi sosial dan budaya di negara setempat. Melalui Pusat Pendidikan dan Kebudayaan ini, KBRI Kuala Lumpur melaksanakan diplomasi sosial dan budaya untuk memastikan citra Indonesia di Malaysia senantiasa baik.

***

Kini SIKL sudah mencapai usia lima puluh tahun, sebah perjalanan panjang menghasilkan lulusan yang mumpuni. Maka dari itu, tak heran kalau alumni SIKL dengan mudah melanjutkan studi ke perguruan tinggi ternama di Malaysia dan Indonesia, bahkan perguruan tinggi di negara lain. Apalagi sejak tahun 2013 hingga sekarang, sekolah satu atap ini secara terus menerus meraih predikat Akreditasi (A) untuk semua jenjang pendidikan.

Dalam beberapa artikel saya menggambarkan bahwa Sekolah Indonesia Kuala Lumpur bak miniatur Indonesia di Malaysia. Untuk melihat pendidikan dan kebudayaan Indonesia, representasinya ada di SIKL yang merupakan Pusat Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republkik Indonesia.

Saya merasa bahwa SIKL seperti rumah kedua saya di Kuala Lumpur. Di luar waktu kerja saya biasa datang untuk menyelesaikan beberapa tugas editing naskah buletin Cantrik, bahkan bisa sampai malam sendirian di lantai atas gedung utama yang oleh warga sekolah dan kedutaan sering mengaitkannya dengan cerita horor adanya penampakan mahluk halus keluarga Mr. Jhon.

Suatu sore, di lantai atas geduang utama, saya pernah tidur lelap di bawah gong antara alat musik gamelan. Saya terbangun ketika hari sudah gelap menjelang waktu Isya. Semua lampu lantai atas telah dipadamkan semua oleh orang terakhir turun yang tidak tahu saya masih tidur di sela-sela gamelan. Karena sendirian dan sunyi, tentu ada rasa merinding, tetapi saya tidak pernah menghiraukannya.

SIKL tempat saya bersama siswa berkarya mengembangkan bakat dan minat menulis lewat buletin Cantrik dan Website sekolah. Buletin Cantrik menjadi pelengkap oleh-oleh bagi tamu yang datang berkunjung, manakala Website sekolah menjadi pintu informasi awal yang bermanfaat bagi mereka yang belum bisa datang langsung ke sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun