"Iya, aku juga heran. Memangnya mereka tidak merasakan beban dengan tugas kita yang masih menumpuk banyak seperti ini.." timpal Elle menanggapi keluhan Yori dan Laura.
     "Aku mencoba untuk berfikir positif dengan beranggapan bahwa mereka mungkin memiliki tanggung jawab pribadi yang tidak bisa ditunda, tapi nyatanya Adam tadi bilang ia tidak mau ikut bantu karena klub sepak bola kesukaannya sedang tanding di stadion bola dekat rumahnya, jadi ia mau menonton pertandingan itu," jelas Jun yang dari tadi memperhatikan percakapan kami.
     "Apa?! Begajul satu itu malah menonton pertandingan sepak bola. Nyebelin sekali sih!" sahut Laura penuh emosi.
     "Jun, kau bisa tidak jemput anak itu sekarang, bawa ia kemari, dan lemparkan karton-karton ini ke atas kepalanya?" Elle yang ikut kesal turut menanggapi.
     "Tentu tidak, pasti gerbong stadion sudah ditutup. Lagian sebenarnya aku juga sudah beli tiket nonton pertandingan itu sih, tapi tidak jadi nonton karena tadi Laura berkata 'heh, kau itu bagian panitia perlengkapan ya, kau harus tanggung jawab karena tugasmu memang bagian pembuatan properti' sambil menarik telingaku," jelas Jun sambil menirukan gaya bicara Laura yang nyolot.
     "Kalian harusnya memberi aku penghargaan karena aku mau ikut kerja disini, tidak seperti cowok-cowok yang lain," tambah Jun sambil cengengesan.
    "Heh! Kau ini ngerti tidak? Proyek kita ini bukan cuma soal siapa yang kerja paling banyak, tapi soal siapa yang mau bekerja sama dan bertanggung jawab atas tugas yang kita lakukan demi kepentingan bersama," Laura menjawab bersungut-sungut dan Jun hanya membalasnya dengan cemoohan.
       Aku memutar mataku malas, perdebatan konyol mereka berdua sudah biasa terdengar di telinga kami. Karena tidak mau keberadaanku sia-sia, aku mengambil salah satu karton dan dengan fokus menggunting salah satu gambar hewan khas Sulawesi. Gambar-gambar tersebut sebelumnya sudah dibuat oleh Dean, satu-satunya anak yang pandai menggambar di kelas kami, jadi kami tinggal menebalkannya menggunakan spidol dan mewarnainya menggunakan cat air. Selain gambar hewan yang berhabitat di Sulawesi, kami juga membuat gambaran batik khas Sulawesi. Gambar-gambar tersebut nantinya akan kami tempal di sebuah papan yang akan dijadikan sebagai background pementasan kami. Selama beberapa saat aku fokus menggunting dan menebalkan beberapa gambar, begitu juga dengan teman-teman lain. Tiba-tiba Kiara berceletuk,
    "Kapan ya pekerjaan ini selesai, maaf teman-teman tapi aku sebenarnya belum makan dari pagi." Ucapnya dengan raut yang terlihat lemas.
     "Yampun, Ki kenapa tidak pulang saja dulu dan makan, baru kesini lagi?" komentarku penuh khawatir.
    "Aku tidak enak dengan kalian.." jawabnya kemudian.