Mohon tunggu...
Kinanthi Cita
Kinanthi Cita Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa sma

Membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerja Bersama Pasti Lebih Menyenangkan

29 Januari 2024   21:24 Diperbarui: 1 Februari 2024   08:10 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

        "Eh, cewek-cewek cheers datang. Gimana latihannya?" kata Jun tersenyum-senyum melihat mereka. Dasar, ia memang penggoda ulung.

        "Guys, maaf sekali baru bergabung. Tadi kami tiba-tiba diminta latihan oleh coach di lapangan basket samping sekolah. Kami tadi dengar teriakan Elle memanggil untuk tetap tinggal, tapi kami tidak mungkin ijin pada coach karena kami takut kena semprot," Fai yang berada ditengah-tengah ketigannya berkata, mengabaikan godaan Jun.

         "Hehe, tidak apa-apa. Bagus deh kalian datang, aku juga belum lama bergabung," Jeha menjawab permintaan maaf Fai dan kami menanggapinya dengan anggukan.

              Aku senang sekarang sudah ada sepuluh orang yang bekerja bersama-sama, aku yakin pekerjaan kami akan jauh lebih ringan. Aku mulai mengecat gambar burung julang sementara yang lain ada yang masih sibuk menggunting, ada juga yang menggambar hewan Sulawesi lagi karena katanya ingin menambah ragam supaya background terlihat meriah. Namun tanpa disangka-sangka, datang anak-anak lain secara bergantian, ada yang datang dari rumah karena diminta pulang oleh ibu mereka, ada yang baru kembali dari ekstrakulikuler, ada yang harus menjemput adiknya terlebih dahulu di sekolah, ada juga yang datang dari membelikan kami mie ayam. Akhirnya siang terik itu diisi dengan gurauan kami sambil makan bersama-sama. Aku menyadari satu hal, bahwa sepertinya banyak anak yang mendengar teriakan Elle di gerbang siang tadi.

Kami melanjutkan pekerjaan kami dengan mulai menutupi background dengan kertas hitam yang lebar. Yori dan Elle pergi ke toko alat tulis untuk membeli cat air kami yang habis. Kami melanjutkan pekerjaan kami bersama-sama. Jeha menyetel lagu dari speaker yang ada di kelas kami sehingga suasana lebih ramai. Rey dan Anne meliuk-liukkan badan, menari mengikuti musik yang dikeluarkan speaker. Kami tertawa bersama-sama melihat mereka heboh sendiri.

        "Senang deh kalau kita bisa seperti ini sampai lama sekali," monolog Jun sambil menerawang, ekspresinya seolah suatu perasaan membucah di hatinya.

        "Iya, kita bersama-sama seperti ini terus. Tidak usah naik kelas saja terus biar kita tidak pisah," Laura menjawab monolog Jun dan kami hanya tertawa mendengarnya.

 Memang menyenangkan sekali jika suatu pekerjaan dilakukan bersama-sama. Semua terasa lebih ringan. Berandai-andai waktu akan berhenti di saat ini selamannya. Lagu Ribs milik Lorde terputar di speaker, melantunkan lirik "you're the only friend I need" Yang terasa sangat cocok dengan suasana siang menjelang sore yang sedang banyak angin ini. Memang satu-satunya teman yang kita butuhkan adalah teman yang bisa saling membantu dan merasakan kesulitan bersama-sama. Kuabadikan momen itu dengan kamera di tanganku. Kurang lebih pukul lima sore, kami memilih untuk menyudahi kegiatan ini walaupun  ada beberapa properti proyek kami yang belum selesai. Aku menghela nafas lelah, merasa tidak sabar untuk pulang. Kami berpamitan satu sama lain, lalu pulang dengan harapan tugas yang kami kerjakan besok dapat dikerjakan bersama-sama lagi.

             Keesokan harinya aku berjalan menyusuri koridor, pagi ini agak gerimis dan udaranya sedikit dingin, aku yakin kelas akan penuh suara anak-anak yang mengluh kedinginan nanti. Namun kenyataannya tidak begitu. Saat aku masuk kedalam kelas, aku melihat banyak teman-teman yang sudah datang. Mereka justru terkikik satu sama lain, berkerubung membentuk lingkaran, mengecat gambaran batik khas Sulawesi yang lebar. Mereka mewarnainya dengan warna hitan, merah, putih, dan kuning mengikuti pola yang sudah digambar sebelumnya. Aku merasa senang karena pagi ini sudah diawali dengan kerja sama satu kelas. Aku dengan semangat bergabung bersama mereka. Beberapa saat kemudian, Adam datang dengan tas di salah satu bahunya. Ekspresinya tidak terbaca, tapi ia tidak datang dan menyapa teman-teman seperti biasanya. Dalam diam aku melirik Elle yang ternyata juga meliriku, kami saling mengendikkan bahu tidak tahu harus berrekasi seperti apa. Tiba-tiba Jun mendatangi meja Adam,

        "Widih, gimana bro kemarin tandingannya?" Jun bertanya tidak serius sambil memukul kepala Adam main-main. Aku tahu sebenarnya anak itu hanya menyindir, atau mungkin ingin menyulut api perdebatan yang sepertinya ia nikmati, ia tidak benar-benar ingin tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri.

       "Tidak tahu, aku tidak menontonnya. Aku terjebak macet di per-empatan dekat stadion, jadi aku terlambat masuk dan pintu gerbangnya sudah di tutup," Adam menjawab tanpa ekspresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun