Mohon tunggu...
Kinanthi Cita
Kinanthi Cita Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa sma

Membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerja Bersama Pasti Lebih Menyenangkan

29 Januari 2024   21:24 Diperbarui: 1 Februari 2024   08:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

              Pagi itu suasana sekolah menengah akhir mendadak ramai setelah bel pulang berbunyi dengan nyaring. Sinar matahari terang menyinari hati para siswa yang dengan tergesa-gesa saling berdesakan untuk keluar melalui gerbang utama. Mereka semua bergegas pulang untuk menjumpai kenyamanan rumah karena hari itu sekolah dibubarkan jauh lebih awal dari biasanya. Acara pulang lebih awal itu tercipta dikarenakan dalam dua hari lagi sekolah akan menyelenggarakan acara ulang tahun sekolah yang diadakan setiap satu tahun sekali. Seperti anak-anak yang lainnya, aku mengemasi buku serta barang-barangku dengan tergesa dan memasukkannya ke dalam tas dengan asal dan bergegas untuk mengikuti arus para siswa yang berjalan keluar gerbang. Aku tidak sabar untuk pulang  ke rumah kemudian membuka laptopku untuk menonton serial favoritku yang hari ini tamat. Saat hampir sampai di dekat gerbang, tiba-tiba dari kejauhan Danielle berteriak,

        "Woiiii, properti pentas kita belum selesai, ayo semuanya balik kelas dan selesaiin properti itu sama-sama, jangan ada yang pulang dulu!"

               Setelah teriakan itu menggema, aku langsung tahu properti apa yang dimaksud oleh Danielle. Pada semester ini, seluruh angkatan kelas 10 memiliki proyek bersama pada masing-masing kelas. Proyek tersebut adalah pementasan yang menampilkan suatu kebudayaan daerah di Indonesia yang kami tampilkan sebagai persembahan di acara ulang tahun sekolah, dan kelasku mendapat bagian untuk menampilkan kebudayaan dari daerah Sulawesi. Dari proyek tersebut, setiap kelas membentuk suatu panitia dan aku memang salah satu panitia proyek terebut. Aku memegang tanggung jawab sebagai dokumentasi dan kostum untuk proyek ini, oleh karena itu membuat properti memang bukan tugas utamaku. Namun setelah teriakan Danielle sampai ke runguku dan di proses oleh otakku, aku langsung sadar kalau aku harus turut membantu membuat properti karena properti adalah tugas bersama. Apalagi, aku harus membidik kegiatan mereka dalam pembuatan properti menggunakan kamera. Baiklah, aku harus kembali ke kelas sekarang juga untuk turut membantu. Aku berlari kembali dan menghampiri Danielle, ia menggandeng tanganku kemudian memasang muka cemberut lalu berkata,

       "Yampun, aku capek sekali teman-teman harus diteriaki begitu untuk bisa kerja."

       "Yasudah, sabar saja. Aku juga lupa tadi, yang penting kamu sudah usahakan yang terbaik untuk proyek ini," jawabku pada Danielle seraya tersenyum dan menepuk pundak mungilnya.

Ia adalah Danielle, rambutnya pajang, badannya kecil, dan senyumnya manis sekali, aku cukup dekat dengannya. Biasanya orang-orang memanggilnya dengan panggilan Elle. Elle adalah anak yang rajin sekali. Selama mengenalnya aku merasa bahwa ia bahkan mampu memberikan seluruh tenaganya untuk membantu orang lain. Oleh karena itu aku tidak mungkin tidak setuju saat ia mengajukan diri sebagai ketua untuk proyek pementasan ini. Kami menunggu beberapa teman yang mendengar teriakan Danielle untuk kembali, namun sepertinya mereka sudah buru-buru pulang dan abai dengan teriakan Elle. Beberapa saat setelah kami kembali memasuki pintu utama sekolah dan melewati koridor, kami memasuki kelas kami yaitu kelas 10F. Saat melihat ke dalam kelas, aku cukup terkejut karena hanya ada empat orang yang sedang bekerja menggunting kertas karton di dekat papan tulis. Aku dan Elle masuk sambil masih bergandengan tangan, kemudian satu orang dengan suara berat dan senyum manis yang tengil menyapa kami,

      "Eh, kalian datang!"

Ia adalah Arjuna, pentolan kelas kami. Dia idaman para cewek-cewek di sekolah ini, mungkin karena wajahnya yang cukup di atas standar. Ia terlihat seperti playboy kelas kakap dan kami biasa memanggilnya "Jun". Menurutku ia tidak playboy, Jun hanya agak terlalu friendly untuk para cewek yang terlalu mudah terbawa perasaan. Sebenarnya aku juga cukup kaget dia mau ikut bantu untuk membuat properti proyek ini karena hei, kalau aku diminta menyebutkan anak paling pemalas di kelas, aku pasti akan dengan lantang menyebut namanya. Nyatanya pemikiranku terhadapnya sudah di tepis oleh perbuatannya siang ini. Setelah aku dan Elle membalas sapaan Jun, aku menghampiri Kiara dan duduk di sebelahnya. Aku menyapanya sambil menepuk pundaknya dan ia menjawab dengan "hai" pelan sambil masih fokus pada potongan kartonnya. Ia mungkin berusaha agar pekerjaan memotong karton itu menghasilkan potongan yang rapi, hal itu membuat aku tersenyum melihatnya. Kiara adalah anak yang pendiam, ia misterius dan jarang ada anak yang mau menemaninya. Mereka mungkin berpikir bahwa Kiara anak yang sulit diajak bicara dan akan susah menemukan topik yang cocok untuk mengobrol dengannya. Padahal nyatanya aku bisa saja lumayan akrab dengan Kiara. Aku senang ia mau membantu, aku berharap teman-teman lainnya lebih memperhatikan keberadaannya.

         "Syukurlah kalian datang. Aku tidak kebayang jika harus mengerjakan properti ini hanya berempat padahal di kelas ada 35 anak," kata Yorina tiba-tiba.

        "Lagian anak-anak lain pada kenapa sih?! Pekerjaan kita sudah seperti tumpukan karung beras dan sekarang mereka dengan santainya pulang. Mereka kenapa sih nggak mau tahu sekali?" Laura menyahuti perkataan Yorina.

Mereka berdua adalah dua orang yang  paling aktif di kelas. Mereka ikut banyak kegiatan seperti majelis perwakilan kelas, basket, dan orkestra. Dari awal masuk, mereka kemana-mana selalu berdua. Mungkin karena mereka berasal dari sekolah menengah pertama yang sama. Yorina yang biasa dipanggil Yori akan berjalan dengan percaya diri dengan rambut pendeknya dan sikapnya yang tenang menyusuri seluruh koridor sekolah, ditemani oleh Laura, cewek galak yangberani mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak ia sukai. Banyak cowok mau kepadanya, mungkin selain karena ia cantik, ia adalah anak yang judes dan bikin penasaran. Bagiku, mereka berdua adalah air dan api bagi satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun