"Ayo, Mas. Cepat balik depan. Jangan nengok ke belakang," katanya sambil menepuk bahuku.
Aku mengikuti sarannya, melangkah cepat. Tapi saat melewati tikungan kecil yang menutup pandangan ke taman, telingaku mendengar suara jelas, sangat dekat: tawa lirih perempuan.
Aku menoleh spontan---kosong. Hanya ranting pohon bergoyang pelan, seakan menertawakanku.
Sesampainya di motorku, aku langsung menyalakan mesin. Satpam tadi hanya melambaikan tangan dengan wajah tegang, seakan sudah biasa melihat kejadian serupa. Aku melaju kencang meninggalkan POM itu.Â
Â
Angin malam menusuk, tapi wangi melati masih menempel di hidungku, seakan ikut terbawa. Sampai jauh dari sana, aku tak berani menoleh ke spion.
Sejak malam itu, setiap kali lewat Jalan Bantul, aku enggan berhenti di POM tersebut. Biarlah motorku kehabisan bensin sekalipun, aku lebih memilih mencari POM lain. Karena aku tahu, di balik pohon besar itu, ada penghuni yang suka "menyapa" tamu malam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI