Mohon tunggu...
Thom Aja
Thom Aja Mohon Tunggu... Praktisi

Bapak-bapak yang ingin anaknya menjadi presiden

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pengalaman Mistis di POM

15 September 2025   17:00 Diperbarui: 15 September 2025   09:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sosok putih menggantung, samar oleh cahaya lampu taman yang redup. Rambutnya panjang terurai menutupi wajah, kain putih lusuh berkibar tertiup angin malam. Jantungku berdetak kencang, kakiku terasa terpaku di tanah. Aku mengucek mata, berharap hanya ilusi karena lelah. Tapi sosok itu tetap ada. Bahkan perlahan, kepalanya menunduk, seakan menatapku dari balik rambutnya yang panjang.

Suara lirih terdengar, seperti desis angin, namun jelas menyusup ke telinga:

"...sini..."

Aku mundur setapak, tapi kakiku justru menabrak selang kompresor yang tergeletak. Suara logamnya berderak keras memecah kesunyian. Seketika sosok itu bergerak cepat---terjun dari dahan.

Aku menahan napas. Tapi saat aku berkedip, sosok itu lenyap. Hanya sisa wangi melati yang makin pekat menusuk hidung. Panik, aku lari sekencang-kencangnya menuju area pompa. Napasku memburu, keringat dingin membasahi pelipis. Satpam yang tadi duduk menatapku heran.

"Kenapa, Mas? Mukanya pucat banget," tanyanya.

Aku ragu sejenak, lalu bertanya dengan suara bergetar, "Pak... di taman belakang itu... ada yang jaga juga, ya?"

Satpam itu terdiam beberapa detik, lalu tersenyum kaku. "Lha, kan sudah malam. Mana ada orang jaga di sana. Memang kenapa?"

Aku menghela napas berat. "Saya lihat... ada yang berdiri di pohon. Pake putih. Bau melati..."

Senyum satpam itu langsung hilang. Ia menoleh cepat ke arah taman, lalu mendekatiku, berbisik, "Sudah, Mas. Jangan banyak diomongin. Biasa, tamu malam. Makanya kalau ke toilet situ, jangan lama-lama."

Deg. Kata-katanya membuat dadaku semakin sesak. Satpam itu bukan kaget, melainkan sudah terbiasa. Ia tahu apa yang kulihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun