Mohon tunggu...
Pendidikan

Berkembanglah Negara Kita terhadap Pengetahuan Lingkungan

24 Agustus 2018   08:57 Diperbarui: 24 Agustus 2018   09:02 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak sekali teknologi teknologi biologi yang sudah berkembang dewasa ini yang telah membantu segala perkembangan dalam pelestarian berbagai tumbuhan di dunia ini. 

Mungkin bagi beberapa orang terutama orang Indonesia tidak sering mendengar tentang kultur jaringan karena pada dasarnya di Indonesia tidak sebanyak di luar negeri. Jadi apa sebenarnya kultur jaringan itu? Apakah kultur jaringan benar benar penting dan apa saja dampak yang bisa terjadi karena kultur jaringan itu?

Menurut etimologi kultur berarti budidaya dan jaringan berarti sel-sel yang memiliki fungsi dengan bentuk yang sama. Jadi kultur jaringan adalah bentuk teknologi biologi yang akan membudidaya tumbuhan yang sama persis dengan induknya dengan suatu metode. 

Metode tersebut dilakukan dengan cara mengambil bagian dari tumbuhan dan membuat kondisi aseptik (bebas dari segala infeksi mikroorganisme penyebab penyakit) agar nantinya tumbuhan tersebut bisa kembali tumbuh menjadi tumbuhan sempurna. Dengan teknik yang sudah dijelaskan berarti kultur jaringan menggunakan prinsip perkembangbiakan tumbuhan dengan cara vegetatif. 

Perbedaan dengan perkembangbiakan tradisional ialah dimana kultur jaringan dilakukan di dalam kondisi aseptik yang biasanya ada di dalam botol kaca. Karena dilakukan di dalam botol kaca maka biasa disebut kultur in vitro (kultur di dalam kaca). 

Prinsip kultur jaringan juga didasari pada teori Totipotensi yang dimana Totipotensi berarti setiap tumbuhan memiliki bagian yang dapat berkembang menjadi Individu utuh karena bagiannya memiliki jaringan-jaringan hidup.

Secara garis besar ada 2 jenis media untuk kultur jaringan yaitu media cair dan media padat. Media padat biasanya menggunakan media seperti agar-agar yang diberi nutrisi sedangkan media cair nutrisi dilarutkan di dalamnya. Media yang paling sering dipakai adalah Murashige dan Skoog atau biasa disingkat MS. MS ini merupakan media padat berupa gel yang mengikat molekul air dan nutrisi agar dapat diserap oleh jaringan. 

Nama medium MS ini diambil dari penemunya bernama  Toshio Murashige dan Folke K. Skoog pada tahun 1962. Selain MS ada juga media yang disebut dengan Woody Plant Medium (WPM). Media WPM adalah media yang khusus diperuntukkan tumbuhan berkayu dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari MS.

Metode kultur jaringan bisa dilakukan melalui 3 cara yaitu memperbanyak tunas dari mata tunas apikal (tunas yang tumbuh di puncak batang), pembentukan tunas adventif ( Tunas adventif ada saat suatu tumbuhan memiliki daun yang mengandung jaringan meristem, sehingga di bagian pinggiran daunnya dapat membentuk tunas baru), dan embriogenesis somatik. 

Ada 2 tipe jaringan yang dapat digunakan dalam kultur jaringan atau biasa disebut eksplan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi sehingga masih aktif membelah yang berarti memiliki tingkat regenerasi yang tinggi. Kedua adalah jaringan parenkima yang merupakan jaringan yang telah mengalami diferensiasi.

Dengan kultur jaringan yang mengambil suatu bagian dari tumbuhan berarti ada beberapa jenis kultur jaringan yang ada. Kultur Haploid merupakan jenis kultur jaringan yang mengambil bagian reproduksi tanaman sebagai eksplannya. Kultur Protoplasma sesuai dengan namanya mengambil bagian dalam sel termasuk membran plasma (tanpa dinding sel) untuk dijadikan eksplannya. 

Kultur Kalus adalah kultur yang mengambil jaringan parenkim dan Kultur Suspensi mengambil bagian jaringan meristem dari tumbuhan tersebut. Masih ada beberapa kultur seperti kultur organ, kultur biji yang sudah tidak perlu dijelaskan lagi apa artinya.

Setiap hal yang dilakukan pasti ada tahapan-tahapan yang harus dijalani. Sama juga seperti kultur jaringan memiliki 6 tahap yang diantaranya pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, aklimatisasi. 

Dari tahap pembuatan media, media harus terlebih dahulu dalam keadaan steril dengan cara memasukkan media ke tabung reaksi yang akan dipanaskan di dalam autoklaf (alat pemanas yang menggunakan uap untuk mensterilkan suatu benda). Pada tahap inisiasi yaitu tahap pengambilan eksplan, tanaman yang akan diambil harus bebas dari hama, penyakit. 

Proses sterilisasi harus dilakukan di tempat yang steril juga yang dimana setiap alat juga harus steril agar eksplan tidak terkontaminasi. Tahap multiplikasi adalah tahap perkembangbiakan dengan memasukkan eksplan ke media yang tersedia seperti MS, WPM, atau yang lainnya. Jika eksplan berhasil masuk ke tahap pengakaran (eksplan membuat akar sehingga dapat berdiri) maka ini menandakan keberhasilan kultur jaringan dan siap dipindahkan dari tabung kaca ke lingkungan. 

Karena tumbuhan telah siap maka masuk ke tahap aklimatisasi, tahap memindahkan eksplan dari tabung kaca ke lingkungan luar yang awalnya biasa diberi penutup transparan (sungkup) sampai eksplan bisa beradaptasi dengan lingkungan luar.

Dengan banyaknya tahapan yang sulit perkembangan kultur jaringan di Indonesia sangatlah lambat sekitar satu dekade yang lalu. Indonesia masih kurang dalam fasilitas-fasilitas pengembangan kultur jaringan walau dalam beberapa tahun ini telah dikembangkan beberapa fasilitas di beberapa kota. Faktanya di Indonesia banyak tumbuhan yang penting dan perlu untuk diadakan kultur jaringan. 

Dengan keanekaragaman hayati Indonesia seharusnya bisa lebih diperhatikan lagi. Contohnya tumbuhan anggrek di Indonesia yang beranekaragam bisa dilakukan kultur jaringan untuk tetap mempertahankan spesies yang hampir 5000 spesies di Indonesia. Perkembangbiakan anggrek memang paling efektif dan efisien jika dilakukan dengan kultur jaringan karena kultur jaringan memang dapat melakukan apa saja dibanding dengan beberapa teknik tradisional. 

Alasan lambatnya perkembangan kultur jaringan di Indonesia karena kebanyakan pegembang teknologi kultur jaringan tidak dari Indonesia. Seperti penemu kinetin (sitokinin) yang merupakan hal penting di dalam kultur jaringan karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman itu juga bukan dari Indonesia.

Padahal pada dasarnya melakukan kultur jaringan tidak perlu terlalu banyak dana yang harus dikeluarkan. Banyak pemikiran pesimis juga tentang kultur jaringan karena ribet dan rumit untuk dilakukan. Banyak yang beranggapan juga perlu sekali laboratorium dengan perangkat-perangkat tingkat tinggi yang harus menunjang kultur jaringan yang tentu saja tidak bisa dibeli oleh produsen rumah tangga. 

Media seperti MS juga mahal dan sulit untuk dibuatnya karena memerlukan banyak campuran-campuran yang tepat. Banyak juga orang yang malahan meremehkan kultur jaringan dengan asal asalan melakukannya apalagi saat tahap inisiasi yang seharusnya dalam keadaan steril dari segala kontaminasi dalam maupun luar. Jadi sebenarnya bagaimana dasar dari kultur jaringan ini? 

Dasarnya sederhana yaitu kesterilan media dan eksplan. Media yang digunakan untuk kultur jaringan tentunya subur dan penuh dengan zat hara, jika eksplan terkontaminasi maka kuman atau mikrobanya yang akan bertumbuh lebih pesat yang berakibatkan matinya eksplan. Karena sudah memahami dasar steril di dalam kultur jaringan berarti hanya perlu melakukan segalanya dalam kondisi steril. 

Memang tidak mudah membuat kondisi steril tapi sebenarnya sederhana. Autoclave sebagai alat untuk mensterilkan alat dan eksplan harus menggunakan air yang bersih dan setiap kali mensterilkan harus diganti. 

Setelah eksplan selesai disterilkan di autoclave harus segera dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah disterilkan dengan autoclave juga. Botol kaca harus ditutup rapat untuk mencegah kontaminasi dari luar, tutup tersebut juga harus disterilkan dengan alkohol 70% (dengan cara direndam). Eksplan harus dikembangbiakkan di dalam laminar air flow dan ruangan yang steril. Mensterilkan ruangan cukup mudah dengan mengepel dengan disinfektan dan menyemprotkan alkohol ke ruangan, untuk menjaga tetap steril bisa menggunakan AC pembunuh kuman.

Jadi bagaimana nasib kultur jaringan yang ada di Indonesia. Karena Indonesia baru tahun tahun ini mengembangkan kultur jaringan sedangkan negara lain sudah lebih dulu sejak lama mempelajari. Dengan ketinggalan pengetahuan maka tumbuhan Indonesia bisa diambil oleh orang luar dengan mudah. 

Di dalam masyarakat internasional kultur jaringan adalah hal yang biasa dan sudah sering terdengar sedangkan di Indonesia masih jarang sekali dan masih banyak yang belum tahu. Ada beberapa kasus seperti tumbuhan yang normalnya tumbuh di negara tropis seperti di Indonesia tiba-tiba bisa ditemukan di negara lain. Jika bukan kultur jaringan apa lagi?

Sebenarnya bagaimana regulasi tentang kultur jaringan di lingkungan internasional. Apakah benar benar boleh mengambil kekayaan negara lain untuk negara sendiri? Apakah tidak ada dasar yang mengatur itu? Menurut dasar dalam pengembangan pengetahuan kultur jaringan merupakan gerakan yang sangat baik. Di dalam bioetikapun selama kultur jaringan tidak bersifat merusak sebuah kehidupan dan malah memberi dampak baik tentu saja masih dalam kaedah bioetika. Segelintir orang yang meremehkan bioetika akan sembarangan melakukan kultur jaringan yang bersifat destruktif. 

Bioetika di Indonesia juga tidak banyak disebarluaskan dan tidak banyak yang tahu. Kembali ke topik utama, apakah diperbolehkan membawa spesies khusus milik negara dibawa ke negara lain. Pada dasarnya di setiap bandara akan mencegah dan menyita segala bentuk membawa tumbuhan, tetapi dalam beberapa kasus bisa lolos karena pasti ada saja yang namanya "human error". Dan untuk sekarang masalah ini belum terlalu besar sampai harus membuat peraturan internasional, tapi jika pengambilan spesies khusus negara terus dilakukan dari waktu ke waktu pastinya akan ada hukum yang bertindak.

Bayangkan saja jika banyak tumbuhan milik negara kita diambil dan kita diam saja, berapa kerugian yang kita terima untuk ini. Bisa dilihat dari segi ekonomi yang dimana negara kita adalah negara berkembang maka hal ini tidak bisa kita biarkan begitu saja. Pendapatan negara kita salah satunya dari ekspor Sumber Daya Alam. Jika SDA kita dieksploitasi berlebihan kita akan mengalami kerugian besar-besaran apalagi jika spesies khusus milik Indonesia. 

Mungkin beberapa orang beranggapan demi kelestarian lingkungan tetapi mengapa harus diambil negara lain juga jika bisa di negara sendiri. Memang faktanya negara masih kurang dalam kultur jaringan tetapi dari waktu ke waktu kita terus berkembang untuk menjadi negara yang peduli terhadap kehidupan alam kita ini. Dalam bioetika juga kita diharuskan untuk menjaga lingkungan kita dan jangan sampai kita melakukan tindakan destruktif. 

Masuk ke dalam kesimpulan kultur jaringan adalah kegiatan yang baik dan benar. Kita harus menjaga kelestarian lingkungan dan keberagaman kekayaan alam agar tidak diambil oleh negara lain.

Dari artikel ini semoga wawasan kita terhadap kultur jaringan semakin terbuka dan semakin bisa menghargai keberagaman lingkungan yang ada di Indonesia. keterbukaan wawasan akan kultur jaringan juga akan membantu kita semua dalam memahami lingkungan. Kita juga bisa memahami bagaimana luar negeri sangat menginginkan kekayaan alam kita dan kita harus menjaganya sebaik-baiknya.

Sumber Referensi :

https://www.softilmu.com/2016/12/pengertian-jenis-media-teknik-kultur-jaringan-syarat-proses-manfaat-dampak-kultur-jaringan.html

https://www.academia.edu/28109513/Media_Tanam_Kultur_Jaringan

http://www.berbagaireviews.com/2018/05/metode-kultur-jaringan-dan-tahapan.html

http://balithutmakassar.org/wp-content/uploads/2013/03/13_nursyamsi_cetak_Kultur-Jaringan.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun