Mohon tunggu...
Indira
Indira Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung : Equinox

1 Desember 2020   10:07 Diperbarui: 5 Januari 2021   10:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Nama itu! gumamku dalam hati, nama yang disebut Profesor Hatday.

            “Biar aku yang menghadap bersama dia, aku adalah gurunya,” kata Paman Grifforth kepada dua orang bermasker itu.

            “Tidak bisa Tuan, dia yang telah menjatuhkan drone-nya, bukan Anda, sekarang kami harus membawanya terlebih dahulu ke markas besar Tuan Amoji,” kata salah seorang dari mereka.

            Kami berlima menyaksikan Bertha dibawa pergi oleh dua orang bermasker itu. Kali ini kami tidak melawan, senjata mereka jauh lebih besar, jauh lebih kuat. Kami yang hanya datang ke sini untuk ekspedisi tentu tidak membawa senjata macam-macam. Apalagi aku yang masih bisa dihitung anak remaja, Paman  Griffs tentu akan melarang bila aku bermain dengan senjata. Tetapi tak berapa lama setelah dua orang itu pergi entah ke mana, Paman Grifforth memutuskan untuk menyusul mobil itu diam-diam. Pada setiap anggota  tim, Paman Grifforth telah memasang alat pelacak keberadaan tersembunyi di dalam jaket dalam ukuran kecil, sehingga itu akan mempermudahkannya untuk mencari Bertha. Sebelum pergi meninggalkan kami, Paman Grifforth mencium keningku, memelukku, dan memberikan sebuah pesan, seperti biasanya,

Jaga dirimu baik-baik, Paman akan kembali kepadamu. Jangan pernah pergi mencari Paman walaupun kau berani mengorbankan dirimu untukku. Aku yang akan pergi mencarimu, kembali kepadamu Equinox. Bersikaplah baik pada semua ‘kakak-kakakmu’ itu. Semoga berhasil.

            “Julian, ajak mereka ke sana bagaimanapun caranya. Aku mempercayakan mereka semua denganmu,” Julian mengangguk sembari Paman Grifforth menepuk pundaknya, kemudian melambai pada kami berempat.

            “Bagaimana sekarang, Capt?” tanya Gamma.

            “Kita harus lewat bawah,” kata Julian.

            “Kereta bawah tanah! Mungkin akan ada kereta ke sana” jawabku cepat.

            Kemudian, kami berempat segera kembali ke pusat Anderdunn untuk mencari stasiun kereta ke bagian timur, dan beruntung, ada satu kereta tersisa ke sana (sebenarnya waktu dulu kami ke sini belum ada kereta ke sana, tetapi sekarang ada, aneh bukan?). Kereta itu sangat cepat sehingga kami sampai di timur Anderdunn tidak terlalu siang. Tetapi, kota itu tidak seperti yang kami perkirakan.

            Futuristik, artistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun