Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Ibu-ibu Ganjen [Detektif Kilesa]

14 Agustus 2020   14:47 Diperbarui: 14 Agustus 2020   15:41 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.istockphoto.com

"Belum," ujar Rachel, namun kemudian ia melepaskan cincin berlian di jari manisnya, lalu melemparnya ke bawah, ke arah jalan, "namun aku juga tidak punya cincin. Lihat. Kau mengerti apa artinya ini, bukan? Pernikahan adalah sebuah omong kosong. Laki -- laki sama saja."

Shanty hanya tertawa miris, lalu lanjut menyantap makanannya, "Seperti yang kuharapkan dari kakakku terkasih."

Charlotte kini mendongakkan kepalanya, "Laki -- laki sama saja, tapi kita kaum perempuan tidak bisa hidup tanpa mereka. Aku termasuk wanita yang beruntung. Laki -- lakiku mencintaiku dari lubuk hatinya yang terdalam, tidak karena harta dan kecantikanku. Ia mengasihi tanpa imbalan apa pun."

Shanty masih nyinyir, "Kata seorang wanita yang sudah menikah tiga kali."

Indira yang sudah kembali langsung menanggapi, "Lebih baik kalian mencontoh kehidupan pernikahan seorang Bu Hakim. Saking setia dan langgengnya, kita selalu menyebut wanita ini dengan Bu Hakim. Padahal yang hakim adalah suaminya."

Bu Hakim pun merona merah, "Tidak perlu berlebihan, Indira. Suamiku memang ahli di bidangnya. Semua staf peradilan pun mengaguminya. Tapi yang paling penting, aku mendukung pekerjaan dan karir suamiku. Ia juga berhati lembut."

"Sudah, Bu Hakim, tidak perlu memuji Brotoseno dengan berlebihan. Nanti Charlotte di sini akan merasa tersaingi."

Bu Hakim tersenyum kecil, "Ah, iya, aku minta maaf."

Sementara itu, sekonyong -- konyong Charlotte berdiri dan berjalan menuju pagar. Teman -- temannya tidak bisa melihatnya, namun aku memerhatikan ia mengusap setitik air mata di wajahnya. Bu Hakim memahami itu dan meminta maaf, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Charlotte adalah wanita tegar. Sebelum duduk kembali, aku memerhatikan bahwa ia sempat ingin mencoba cerutu dari Rachel, namun tidak jadi. Bu Hakim merasa amat bersalah, sehingga ia membuka mulut.

"Aku meminta maaf lagi, Charlotte. Aku akui, aku amat beruntung bisa bertemu dengan Brotoseno. Tapi menurutku, Ahmad pun tidak kalah. Ia adalah direktur utama di Widuri Cell, bukankah begitu?"

Shanty dengan cepat mengangguk setuju. Wajahnya ceria. "Ahmad, kakak iparku, adalah orang yang kukagumi. Ia adalah prince charmingku, hehehe."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun