Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Singa Duduk

30 Juni 2020   10:13 Diperbarui: 30 Juni 2020   10:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Roni menggeleng. "Tidak, pak."

"Apakah kau mengenal orang -- orang ini?" ujarku sambil menunjukkan rekaman cctv, yang disambut juga dengan gelengan kepala oleh Roni. Pada akhirnya ia pun dipersilakan pergi, namun Samsul mengancamnya untuk tidak berpergian jauh -- jauh, jika ia dibutuhkan kembali. Aku berpandang -- pandangan dengan Mahmud dan Charles.

"Nampaknya kita hanya bisa mengharapkan keterangan Lilis. Ia akan datang ke tempat ini bukan?"

"Betul." kata Charles.

Aku menaikkan bahu tanda pasrah. Sambil menunggu, aku berkeliling TKP. Ruangan apartemen itu sebenarnya seperti ruangan apartemen pada umumnya. Berbagai pajangan dan rak buku berada di setiap sisi ruangan. Di tengah -- tengah ada meja makan bundar, di belakang sofa yang mengarah pada tv. Di sisi timur terdapat jendela besar yang mengarah pada teras apartemen. Jendela ini sekarang tertutup sebagian oleh gorden. Sementara itu double bed berada di dalam kamar yang terpisah, namun kamar ini tepat berada di samping pintu masuk ruangan apartemen. Pada saat aku dan kolegaku masuk ke ruangan tadi, kami langsung masuk ke kamar tidur, dan mendapatkan Sapto sudah tidak bernyawa di depan meja rias.

Di salah satu sisi dinding terdapat sebuah lukisan naga yang menarik perhatianku. Naga itu sedang terbang, dikelilingi oleh pohon dan awan, juga aksara Cina. Di bawah lukisan ada patung keramik singa duduk. Seperti lambang negara Singapura. Aku lupa namanya. Merlion? Hanya saja jumlahnya dua macam, di kiri dan kanan lukisan.

Aku berjalan menuju lukisan itu. Di kiri dan kanan, anggota tim forensik masih melakukan tugas penyidikan, dengan kuas dan plastik sampel berada di genggaman. Tanpa disadari aku sudah berada di depan patung, dan tanganku bertumpu pada kepala singa. Lagi -- lagi, tanpa kuduga, aku berhasil menarik kepala singa tersebut. Semua terkejut. Ternyata kepala singa itu bisa terpisah. Di dalamnya, kami mendapatkan sejumput bubuk yang familiar bagi kepolisian. Aku memandang kedua rekanku sambil tersenyum.

"Akar semua kejahatan adalah heroine."

***

Wanita bernama Lilis Kurniawati datang ketika tim forensik berhasil mengamankan seluruh bubuk heroine yang berada di dalam patung singa duduk. Mirip seperti rekaman cctv, ia adalah seorang wanita paruh baya berambut panjang dan berwajah cantik. Hanya saja, ia tak lagi mengenakan dasternya. Sekarang ia mengenakan pakaian kasual.

Ia terlihat cemas ketika datang. Charles menghentikan gerakannya yang terlihat tergesa -- gesa ketika memasuki kamar dan menenangkannya. Pada akhirnya, kami semua duduk mengelilinginya di meja makan ruang tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun