Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lohgawe 1 [Novel Nusa Antara]

16 Desember 2018   15:44 Diperbarui: 16 Desember 2018   15:56 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau akan memiliki keuangan yang stabil bulan ini. Namun satu hal yang perlu diperhatikan, kawan, akan ada bencana besar datang ke kedaimu suatu hari. Aku tidak bisa menyebutnya, apa jenis bencana itu, siapa penyebabnya, dan kapan waktunya, namun hal itu akan memengaruhi keluarga Anda, tuan. Jadi saran saya, jaga keluarga tuan baik -- baik, dan bersiap -- siaplah karena kedatangan bencana ini tidak bisa diubah dan diganggu gugat. Ini merupakan keputusan Batara Wisnu." jelas Lohgawe panjang lebar.

 Lohgawe bahkan harus berpura -- pura untuk tidak tertawa karena apa yang ia lihat di depannya. Aku baru sadar ternyata Mas Bramono memiliki mulut yang besar, sekarang aku tidak dapat membedakannya dengan babon yang sedang menguap. Si tukang kerbau, sama -- sama terkejut pula. Dasar dua orang bodoh.

Dengan mata yang masih terperanjat, pelan -- pelan Mas Bramono jatuh lemas dan terkulai di depan meja ramal Lohgawe. Lohgawe mengira kata -- katanyalah penyebab pelanggannya pingsan. Sudah merupakan pengetahuan masyarakat sekitar, kedai Mas Bramono seringkali menjadi sasaran empuk para pencuri ikan. Yang terakhir, leher anak Mas Bramono hampir lepas dari tempatnya akibat tebasan golok para pencuri dan ayahnya menyaksikan langsung kejadian itu. Lohgawe dan Kebo Ijo tidak terkejut melihat Mas Bramono pingsan. Kebo Ijo membawa sang pelanggan menuju kedainya untuk beristirahat. Maafkan aku, kawan.

"Kau orang hebat, pendeta. Sebaiknya kita berdoa kepada Dewa Wisnu agar tidak menjatuhkan musibah kepada orang baik ini." jelas Kebo Ijo.

Terserahmulah. Tunggu. Lohgawe bergegas mengejar Kebo Ijo yang sedang merangkul Bramono dalam keadaan pingsan, "Aku lupa sesuatu."

Ia kemudian merogoh kantong celana Bramono dan menemukan dua cetak perak di dalamnya. "Jangan lupakan layanan pelanggan" celetuk Lohgawe sambil membiarkan Kebo Ijo dan Bramono menjauh. Ia kembali ke tempat ramalnya dengan hati senang.


Kegembiraannya tidak berlangsung lama. Di depan tempat duduknya ia melihat seorang pemuda bertubuh kekar, berambut panjang, dan penuh luka gores di punggungnya. Di belakangnya ia melihat orang -- orang yang mirip dengannya dari postur tubuh berdiri bergerombol. Lohgawe berpikir sejenak. Mereka bandit dan orang ini pemimpinnya.

Lohgawe sempat menghitung. Bandit -- bandit itu - atau begitulah sepertinya, berjumlah sepuluh orang, termasuk sang pemimpin. Mereka tidak membawa apa -- apa. Selama ini berada Pasar Remuk, Lohgawe memang sudah beberapa kali harus membayar biaya sewa kedai, namun tidak pernah hingga harus berhadapan dengan preman -- preman pasar. Membayangkan dikeroyok sendirian oleh orang -- orang kasar ini, Lohgawe bergidik ngeri. Lebih baik ia menyerahkan uang dua cetak peraknya yang diperoleh dengan susah payah sepanjang hari ini daripada harus merasakan bogem mentah para bandit dan bernasib sama dengan Mas Bramono. Malah aku akan lebih parah. Sial. Sampai jumpa dua cetak perak. Sampai jumpa makan siang.

Seseorang yang disangka pemimpin oleh Lohgawe duduk di depan meja ramal dan menatap Lohgawe dengan tajam dari kejauhan. Wajahnya sebenarnya tampan, masih sangat muda, sekitar dua puluhan, namun dari gerak -- geriknya Lohgawe dapat menerka sifatnya. Meledak -- ledak.

"Hai, brahmana! Cepat kembali ke sini, aku ingin diramal olehmu." sang pemuda memanggil dengan kasar.

Lohgawe bergidik ketakutan. Dengan tergopoh -- gopoh ia melangkah menuju tempat duduknya. Keringat dingin mulai menetes menuju tengkuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun