Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menopause Tanpa Gejala, Mungkinkah Karena Gaya Hidup Aktif?

1 Mei 2025   21:47 Diperbarui: 2 Mei 2025   07:08 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan yang sudah menopause (Sumber foto: silviarita/Pixabay)

Banyak perempuan takut menghadapi menopause. Membicarakan tentang menopause saja rasanya tabu, sensitif  untuk diumbar-umbar. Menopause ibarat akhir dari sebuah permainan. Tak sedikit yang membayangkan menopause sebagai akhir dari masa subur, awal dari penuaan, atau serangkaian gejala yang membuat tak nyaman. 

Faktanya, menopause adalah sebuah proses alami, bukan kutukan, bukan musibah dan tidak perlu ditakuti. Bila dijalani dengan santai, menopause bisa jadi salah satu fase paling membebaskan dalam hidup perempuan!

Menopause dan respon tubuh perempuan

Ketika berbicara soal menopause, sebagian besar perempuan mungkin membayangkan gejala yang tidak menyenangkan seperti datangnya sensasi panas atau hot flashes, perubahan suasana hati, atau  bahkan kesulitanuntuk tidur. 

Menopause adalah fase alami dalam kehidupan perempuan, yang secara medis didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. 

Proses ini biasanya terjadi antara usia 45 hingga 55 tahun, seiring menurunnya hormon estrogen dan progesteron, dua hormon utama yang mengatur siklus menstuasi dan kesuburan perempuan. 

Namun pengalaman setiap perempuan sangat berbeda. Beberapa menghadapi sensasi panas dan emosi tak menentu, sementara yang lain nyaris tidak merasakannya. 

Faktor seperti genetik, kondisi psikologis, dan gaya hidup punya pengaruh besar terhadap bagaimana tubuh merespons perubahan hormon ini.

Selain perubahan fisik, menopause juga membawa perubahan besar yang sering kali tak terlihat secara kasat mata, yakni pada kondisi psikologis. 

Penurunan hormon estrogen tidak hanya memengaruhi tubuh, tetapi juga sistem kerja otak, terutama area yang mengatur suasana hati, tidur, dan stres. Kondisi ini bisa diperparah oleh gangguan tidur seperti insomnia atau keringat malam, yang umum terjadi pada menopause. 

Di sisi lain, tekanan emosional di usia pertengahan, seperti peran keluarga yang berubah, kehilangan pasangan, atau perasaan 'tak berguna lagi'  bisa memperberat kondisi psikologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun