Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tipe-tipe Orang dalam Menyikapi Kegagalan

4 Juli 2021   01:55 Diperbarui: 7 Juli 2021   11:22 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pria sedang puas dengan hasil kerja/alcleadershipmanagement.com

"Bila Anda berpikir bisa, maka Anda benar. Bila Anda berpikir Anda tidak bisa, Anda pun benar. Karena itu ketika seseorang berpikir tidak bisa, maka sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi bisa." -Henry Ford-

Delapan bulan yang lalu saya dipindahtugaskan ke divisi baru di perusahaan tempat saya bekerja. Sebelumnya saya sudah 3 (tiga) tahun berposisi sebagai Branch Manager di salah satu cabang. Kemudian datang sebuah tawaran untuk menempati posisi anyar.

Jabatan ini terbilang bukan favorit. Terbukti sudah berkali-kali ditawarkan, namun rata-rata tidak ada yang mau mengambilnya.

AR (Account Receivable) Management ialah divisi yang tidak banyak peminat. Penjelasan sederhana tugas dari tim AR Management adalah "nagih angsuran tertunggak nasabah."

Oke sudah kebayang kan? sebagian besar Anda pasti langsung mempersepsikan pekerjaan yang serem. Bertemu dengan orang-orang bermasalah yang tidak mau atau tidak mampu bayar angsuran.

Belum lagi tantangan disaat pandemi sekarang, perputaran usaha para nasabah tentu sedikit atau banyak telah terdampak. Hal tersebut semakin memperparah risiko gagal bayar.

Saya sendiri belum memiliki cukup pengalaman benar-benar 100% memegang kendali tim AR Management. 

Satu-satunya hal yang menjadi titik berat saya untuk mengambil tantangan ini adalah ambisi kenaikan karir atau promosi. Prinsip utama saya dalam bekerja ialah jenjang karir. Saya tidak mau terus-menerus di poisisi yang sama hingga pensiun.

Mulanya terlalu percaya diri dengan pencapaian 3 tahun di kantor cabang sebelumnya, saya dibawa pada fase kegagalan jilid 2. Saya pernah menulis cerita kegagalan jilid 1.

 (baca: Apakah Massive Actions dan Burning Desire Kamu Sepadan dengan Hasil?)

Singkat cerita seperti dejavu, sekitar bulan Februari 2021 kemarin saya dibawa kembali pada keadaan hampir sama dengan 2 tahun yang lalu.

Saya terpaksa masuk ruang comprehensive test yang mewajibkan seorang manager melakukan presentasi pertanggungjawaban di depan direksi, kepala divisi dan perwira-perwira tinggi perusahaan lainnya.

Meski lewat media tatap muka online, namun suasana comprehensive test tidak jauh berbeda dengan suasana sidang skripsi saat terakhir kuliah (hehe..). Tidak ada canda, tidak ada tawa, hanya saya di kursi pesakitan di kelilingi serigala-serigala dengan gigi tajam yang siap menerkam.

Comprehensive test benar-benar seram, lebih seram daripada bertemu nasabah-nasabah yang nunggak (haha...). Mulut saya tercekak tak bisa berkata-kata karena di bombardir pertanyaan-pertanyaan super detail para panelis.

ilustrasi pria tercekik/carinakyro.blogspot.com
ilustrasi pria tercekik/carinakyro.blogspot.com
Hari itu terasa begitu kelam. Senja yang indah perlahan menjadi suram. Langit cerah pun kemudian menghitam. 

Well.. sebagai manusia biasa yang punya hati serta perasaan, sudah barang tentu saya merasakan kekecewaan mendalam. Mental saya jatuh dan separuh hati remuk redam.

Setelah melakukan kontemplasi, saya menemukan jawaban bahwa kemungkinan besar kondisi sama yang saya alami adalah akibat dari servomechanism yakni suatu gerakan cerdas yang akan menemukan jalannya sendiri untuk mencapai sebuah tujuan. 

(baca: Servomechanism, Penyebab Keberuntungan dan Kesialan Seseorang.)

Hasil kontemplasi membuat semangat saya mulai bangkit. Saya menuliskan 15 komitmen perubahan kemudian menempelkannya di dinding ruangan kerja agar bisa dibaca setiap saat.

Saya belajar, belajar dan belajar. Kemudian berproses dan berprogres sesuai dengan tugas serta tanggung jawab. Hingga perkembangan setelah 8 bulan, kondisi pencapaian tim AR Management semakin stabil dan telah menemukan formasi terbaiknya.

Kini di awal semester kedua bulan Juli 2021, saya tidak perlu lagi berhadapan dengan para serigala. Tak perlu juga merasakan kegagalan jilid 3 apalagi kehancuran mental.

"Kegagalan adalah suatu kondisi dimana kita diajak untuk bergerak menjadi seorang pembelajar." The Architect

Sejatinya ada 2 (dua) tipe orang dalam menyikapi kegagalan. Berikut penjelasan dari tipe-tipe tersebut.

Tipe Fixed Mindset

ilustrasi orang fixed mindset/detik.net.id
ilustrasi orang fixed mindset/detik.net.id
Fixed Mindset dapat didefinisikan sebagai pola pikir yang percaya bahwa kecerdasan atau bakat yang dimiliki itu bersifat tetap dan tidak akan berubah. Pemilik Fixed Mindset meyakini bahwa kesuksesan itu terjadi karena memang sudah ada bakat yang dimiliki. 

Disisi lain, mereka juga menganggap bahwa sebuah kegagalan terjadi, lebih disebabkan karena seseorang tidak memiliki bakat atau kecerdasan yang dibutuhkan pada bidang tertentu.

Sebagai contoh ada orang yang jago di public speaking dan sukses menjadi presenter dikarenakan memang sudah mempunyai kecerdasan linguistik.

Dengan kata lain, fixed mindset menganggap bahwa orang-orang yang tidak memiliki kecerdasan linguistik, tidak akan pernah bisa menguasai public speaking apalagi menjadi presenter yang sukses.

Orang-orang dengan tipe fixed mindset cenderung menerima kegagalan sebagai sebuah konsekuensi karena dirinya memang tidak berbakat atau tidak memiliki kecerdasan yang dibutuhkan.

Sehingga sikap yang ditunjukkan lebih kepada sikap pasif atas kegagalan yang terjadi. Dia juga tidak akan banyak melakukan perubahan atau usaha perbaikan. 

Menurutnya sia-sia saja karena toh tidak punya bakat kok.

Tipe Growth Mindset

ilustrasi growth mindset/jeda.id
ilustrasi growth mindset/jeda.id
Growth Mindset sendiri dapat diartikan sebagai pola pikir yang senantiasa berkembang. Pemilik growth mindset percaya bahwa kesuksesan itu dapat diraih melalui usaha dan kerja terus-menerus.

Aliran Growth Mindset menganggap bahwa kecerdasan hanyalah titik permulaan. Setiap individu tidak bisa hanya mengandalkan faktor kecerdasan bawaan yang dimiliki untuk meraih kesuksesan.

Masih ada faktor-faktor lain yang berperan seperti faktor lingkungan, karakter atau tipe kepribadian serta cara pandang seseorang.

Berikut ciri-ciri orang dengan Growth Mindset:

  1. Menganggap kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Kegagalan bukan karena kita tidak memiliki bakat, tetapi mungkin karena usaha yang kurang atau strategi yang belum efektif.
  2. Tidak menganggap kritik sebagai sebuah serangan, melainkan sebagai sarana untuk memperbaiki diri.
  3. Suka mengerjakan pekerjaan yang lebih sulit dari yang biasa dikerjakan. Dengan mengerjakan bidang-bidang baru, orang dengan growth mindset dapat terus mengembangkan diri untuk mencapai kapasitas tertinggi yang dia bisa.
  4. Menilai tantangan sebagai sebuah kesempatan untuk bereksperimen dalam mencari solusi.
  5. Tidak berfokus hanya kepada hasil, melainkan juga pada kemajuan-kemajuan kecil yang dibuat selama proses mencapai hasil tersebut.
  6. Memiliki kreativitas dalam memecahkan berbagai masalah. Selalu fokus pada solusi bukan fokus pada masalahnya.

Sudah sangat jelas bahwa tipe Growth Mindset ialah mereka yang tahan dengan ujian, kegagalan dan tantangan. Orang-orang dengan tipe growth mindset tidak mudah menyerah. Sebagian besar energi, waktu dan pikiran mereka pusatkan untuk mencari solusi dalam memecahkan berbagai permasalahan.

Orang dengan growth mindset bisa meraih banyak hal dibandingkan dengan mereka yang fixed mindset. Kita akan selalu melihat kemampuan dalam bidang apapun bersifat dinamis dan masih bisa terus dikembangkan.

Growth Mindset juga mendorong seseorang untuk tahan terhadap stres dalam menghadapi kegagalan. Cara pandang ini juga berguna dalam menumbuhkan resiliensi yakni kemampuan untuk bangkit dari kegagalan atau keterpurukan.

***

Kalau tidak mempunyai growth mindset, mungkin dari sejak pertama ditawari posisi baru sudah saya tolak karena merasa bahwa tidak memiliki bakat di bidang AR Management. 

Kalau tidak memiliki growth mindset, mungkin sampai dengan detik ini saya hanya meratapi nasib dan hidup dalam keterpurukan serta mengamini kegagalan demi kegagalan.

Segala hal yang terjadi selama 8 bulan kebelakang menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sekarang kemampuan saya bertambah tidak hanya bidang akuisisi bisnis serta analisa risiko kredit saja melainkan juga bidang pengelolaan aset, mitigasi risiko dan juga accounting. 

Kesemuanya merupakan elemen-elemen penting sebagai seorang manajer dan leader di dunia industri keuangan.

"Tidak ada pertumbuhan dalam zona nyaman dan tidak ada kenyamanan dalam zona bertumbuh, namun akan selalu ada pengalaman dan kebaikan ketika kita menjalani sebuah tantangan." The Architect

-AP-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun