Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Larangan Masker Scuba dan Buff, Tim Pemburu Pelanggar "Prokes" hingga Kebijakan PSBM Jatim

20 September 2020   00:36 Diperbarui: 20 September 2020   00:56 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infografis dan caption diatas kemudian menjadi perbincangan hangat. Kalimat "hindari masker scuba dan buff yang hanya 5% efektif dalam mencegah terpaparnya debu, virus dan bakteri" membuat sebagian besar orang meyakini bahwa masker jenis itu sudah tidak layak sebagai perisai diri.

Gencarnya pemberitaan semakin menenggelamkan popularitas masker scuba dan buff yang selama ini merajai peringkat kompetisi penjualan masker. Padahal sejak enam bulan kebelakang mereka dipandang sebagai jenis masker yang sangat nyaman dan sesuai kebutuhan karena harganya terjangkau. 

Bahkan ketenaran dua jenis masker itu bisa memberikan lapangan usaha baru. Masyarakat yang bisnisnya terdampak atau mereka yang terimbas pengurangan karyawan perusahaan, banting setir mencoba peruntungannya dengan menjual masker. 

ilustrasi penjual masker scuba
ilustrasi penjual masker scuba

Kenapa masker scuba dan buff dilarang?

Sekitar bulan Agustus 2020 yang lalu, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Duke University. Penelitian dilakukan terhadap 14 jenis masker yang berbeda untuk mengukur tingkat efektifitas masker dalam menangkal virus dan bakteri. Hasilnya masker dengan bahan scarf atau bandana tidak memberikan perlindungan yang cukup. Well... mungkin inilah alasan utama mengapa masker scuba dan buff hampir pasti diharamkan pemakaiannya. 

https://www.sciencealert.com/images/2020-09/5f513b59e6ff30001d4e6ef2.png
https://www.sciencealert.com/images/2020-09/5f513b59e6ff30001d4e6ef2.png

Bandana and scarves don't offer great protection.

Oke kalau dari sisi ilmiah pasti menggunakan kacamata kesehatan dan penelitian diatas benar adanya tanpa bisa dibantah. Pertanyaannya bagaimana melihat fenomena ini dari sisi "wong cilik" sebagai pengguna apalagi pedagangnya? Terlebih pedagang yang sudah terlanjur "kulakan" dan memiliki stok melimpah.

Jika pemerintah hanya memberlakukan kebijakan larangan kok rasa-rasanya gak adil ya. Pertama, kalau kita mau perhatikan sebenarnya masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran seutuhnya dalam menerapkan protokol kesehatan salah satunya mengenakan masker. Masih banyak saya menjumpai masyarakat yang dengan asyiknya mengendarai motor atau berjalan kaki tanpa menggunakan masker. Dengan kata lain ketegasan untuk menindak pelanggar perlu dipertanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun