Mohon tunggu...
thamzilthahir tualle
thamzilthahir tualle Mohon Tunggu... journalist -

lahir di makassar. selalu mencoba menulis apa adanya bukan ada apanya!

Selanjutnya

Tutup

Money

Asmalang Tak Semalang Otoyota Raksasa

25 Juli 2011   04:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:24 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Truk sepuluh roda (dump truck) itu baru pii (saja) ada, waktu saya kecil memang sudah dibilang otoyota raksasa, karena paling besar mii,"  kata Daeng Like yang sejak berumur 17 tahun mengaku sudah bisa menyetir mobil truk.

Daeng Like mengenal otoyota raksasa kala berusia 8 tahun. Masa itu, pabrik Semen Tonasa unit I baru memasuki tahun pertama berproduksi, 1968. Dari Kassi, cerobong asap "merah-putih" pabrik jelas terlihat. "Waktu itu (truk) masih yang pakai bensin, belum pii solar."

Di Kassi, Dg Like dikenal sebagai sopir otoyota raksasa sejati. Tiga tahun lalu, di sekitar rumahnya masih, di malam hari, terparkir enam otoyota raksasa. Tapi kini hanya tersisa satu unit. "Cuma truk ji yang kubisa. Saya dulu cuma karnet. Setelah merantau di Jayapura, saya lalu jadi sopir sampai sekarang," ujar bapak tiga anak ini.

Sopir lainnya di Kassi, Daeng Jama (48), kini juga jadi sopir otoyota raksasa senior. Dia membawa truk sejak tahun 1985.  Di petang hari, di halaman rumahnya terparkir tiga unit.  Dua unit miliknya. Satu unit dikelola keponakannya, Wahyu (18).  Baru mengantongi surat izin mengemudi jenis A, -- sopir mobil penumpang biasa, Wahyu sudah mendapat predikat "mahir" dari si paman.

Seperti belasan pemuda atau sopir truk yunior di Kampung Kassi,  Wahyu juga sudah dipercaya mengendarai membawa muatan batu gunung, batu kapur, atau pasir ke Makassar atau daerah yang beradius 30 hingga 60 km dari kampungnya. "Habis Lebaran, insyallah sudah bisa urus (SIM) B-1," kata Jama saat menemani keponakannya membersihkan truk di samping rumahnya.

Daeng Jama (51) bersama istrinya, Erni dan kemenakannya, Wahyu di pekaranga rumah mereka di Dusun Kassi,  Pangkep.
Rumah kebanyakan warga Kassi, masih semi permanen. Jika otoyota raksasa berbalut baja 4 mm hingga 6 mm, maka rumah kebanyakan dibungkus dengan seng alumunim setebal 1 mm. Di siang hari rumah ini menggerahkan. Di malam hari menghangatkan. Aktivitas  penghuni lebih banyak di luar rumah. Pepohonan rindang justru menyejukkan.

Rumah Daeng Jama' berlantai dua. Bagian atas berbahan kayu dipadu seng alumunium, sedangkan bagian bawah berkonstruksi batu bata.
Satu unit mesin tua terbungkus terpal biru tua teronggok di sisi utara pintu rumah Daeng Jama. Sisanya potongan baja bodi truk. Mayoritas sudah berkarat. Di tiang atau sisi lowong rumah  tergantung persenelan kopling tua, baut, mur, atau perangkat mobil berukuran raksasa. Kampas rem bekas mendominasi.

Terlihat berceceran, dan ditaruk sekenanya, tapi peralatan tua otoyota raksasa punya nilai keekonomian yang bagus dan mangkus. Jika ada peralatan yang rusak, bisa "dibarter" dengan  supir truk lain.
Sekali atau dua kali setahun, pedagang besi atau barang rongsokan dari Makassar atau ibu kota kabupaten datang. Kebanyakan pedagang berlogat Jawa. Membawa mobil pikup bak terbuka, mereka membeli "sisa-sisa truk" atau rangka ban bekas. Meski sudah "gundul" atau untaian kawat bajanya sudah putus, ban berdiameter 90.00 atau 10-000, masih dihargai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Jenis ini paling mudah dibayar oleh pemilik pabrik vulkanisir ban di Makassar.

Pemandangan di pekarangan rumah inilah pulalah yang menjelaskan, kenapa puluhan ban bekas truk ditata berjejer, hingga membentuk pagar pelindung pekarangan. Ban gundul di simpan di bahu jalan. Ban yang agak bagus dan masih bisa di-vulkanisir dan ber-velg baja di tata tak jauh dari dinding rumah.

Bagi keluarga di Kassi, nilai keekonomian barang itu bermanfaat di awal tahun ajaran baru pendidikan. Atau sekadar menambah uang jajan sekolah anaknya. "Uang semua itu Pak, apalagi kalau waktu penerimaan rapor anak sekolah seperti sekarang" kata Erni, istri Dg Jama, seraya menyapu pandangan ke pekarangan rumahnya.

Rumah Dg Jama adalah  potret kediaman warga Desa Tonasa yang  menggantungkan hidup dari otoyota raksasa. Selain rumah tinggal, kediama kada berfungsi garasi, dan bengkel pemeliharaan sederhana otoyota raksasa. Di kampung ini, ada sekitar 410 KK, dengan 365 rumah. Sekitar seperempat warganya bergantung dari petani kebun, buruh pabrik. Tapi sebagian besar justru dari mengantungkan hidup dari dan untuk otoyota raksasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun