Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bergabung ke ISIS Lebih Kepada Motif Kesejahteraan Ketimbang Agama atau Ideologi

12 Februari 2020   17:44 Diperbarui: 12 Februari 2020   18:38 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOKPRI

Mendengarkan dan menyaksikan secara lansung testimoni mantan pengikut ISIS berkecamuk beragam rasa. Febri Ramdani demikian nama seorang Warga Negara Republik Indonesia mengaku sebagai mantan pengikut ISIS mengabadikan pengalaman pada sebuah buku setebal 400 halaman lebih.

Buku itu bertajuk 300 Hari di Bumi Syam (perjalanan seorang mantan pengikut ISIS). Bedah buku diselenggarakan  Program Studi Kajian Timur Tengah Pasca Sarjana Universitas Indonesia Selasa 11 Februari 2020 di Gedung IASTH UI Kampus Salemba.

Peserta acara bedah buku cukup ramai melebihi kapasitas tempat duduk. Bisa jadi kosa kata ISIS yang kini viral membuat saya tertarik dan mungkin demikian pula dengan pengunjung lain yang datang dari berbagai latar belakang.

isis9871-5e43d66d097f36769d055a72.jpg
isis9871-5e43d66d097f36769d055a72.jpg
DOKPRI

Penulis mengaku pergi ke Syria untuk menemui dan menjemput 12 orang keluarga yang terlebih dulu bergabung dengan kelompok ISIS.  Itulah motivasi yang terungkap jauh dari perkiraan khalayak berupa motif kesejahteraan bukan karena Agama apalagi Ideologi..

12 orang keluarga Febri anatara lain Ibu dan Ayahnya pergi berangkat ke luar negeri lebih tertarik kepada provokasi atau  janji janji akan mendapatkan kesejahteraan hidup dan kehidupan lebih baik disana.  Ternyata apa yang ditemukan dan dirasakan jauh dari harapan. 

300 hari berada di kawasan konflik, Penulis merasakan pernah di penjara selama beberapa bulan. Selain itu menyaksikan para pengikut ISIS dalam konndisi berbagai  macam penderitaan di tengah berkecamukan perang yang tidak mereka diperkirakan sebelumnya.

Pembahas buku Yon Mahmudi, Ph.D Ka Prodi KTTI dan M. Syauqilla, Ph.D Ka Prodi Terorist dan Pakar Timur Tengah pada umumnya mengapresiasi isi buku. Catatan pembahas antara lain menyayangkan kenapa tidak terdapat dokumentasi foto dalam buku guna menguatkan alibi pengalaman penulis.

isis88-5e43d684097f366ced219275.jpg
isis88-5e43d684097f366ced219275.jpg
DOKPRI

Selain itu ditilik dari latar belakang penulis dengan pemahaman agama islam tidak terlalu fanatik maka bisa dikatakan dia bisa kembali lagi ke tanah air adalah satu keberuntungan sehingga berhasil menulis pengalaman. Febi telah mengikuti Program Deradikalisasi oleh  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Terlepas dari berbagai motif warga negara terlanjur menjadi pengikut ISIS yang  masih terpapar dan terdampar di luar-negeri Pemerintah sudah memutuskan tidak akan menerima mantan pengikut ISIS  Keputusan ini tentu sudah mempertimbangkan segala aspek mulai dari hukum, keamanan dalam negri sampai pada aspek kemanusiaan.

isis778-5e43e115097f364d786e6de2.jpg
isis778-5e43e115097f364d786e6de2.jpg
Entah bagaimana nanti nasib Mantan Pengikut ISIS asal Indonesia (dalam posisi state-less ?) apakah Organisasi Dunia Persatuan Bangsa Bangsa akan turun tangan, kita lihat saja nanti.

Kedepan diharapkan Pemerintah Berkuasa hadir dalam artian memproteksi (melindungi / melarang) warga negara yang akan berangkat ke luar negeri tanpa alasan  jelas.  Bisa jadi mereka adalah korban provokasi sehingga tidak paham sepaham pahamnya apa yang akan dilakukan di negeri orang.

Semoga pengalaman buruk seperti ini tidak terjadi lagi ketika ada warga negara bersedia menjual seluruh harta benda karena terpengaruh janji  kehidupan lebih baik.  Peran Badan Pembina Ideologi Pancasila dan Badan Negara terkait sangat diharapkan dalam satu ikatan pesan nenek moyang bahwa hujan emas negeri orang belum tentu lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Hidup Indonesia Raya .  

Salamsalaman

TD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun