Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Debat Kusir Bukan Kasir

22 Januari 2019   09:36 Diperbarui: 22 Januari 2019   11:31 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : alasankenapa

Warung pojok Kelurahan Dukuh pagi selasa itu ramai sekali. Warga langganan Mpok Irah sepakat mengadakan debat terkait pemilihan kepala desa. Mukidi hadir sebagai moderator hasil penunjukkan bersebab beliau pakar dalam bidang komunikasi politik.

Debat bukan mengatas namakan 2 calon tetapi lebih kepada para pendukung.  Calon kepala desa tidak berkenan hadir di acara debat tidak resmi karena di larang oleh Bawaslu Kelurahan.  Jadilah perwakilan pendukung mewakili paslon masing masing ditunjuk 2 warga,

Satpol PP alias Hansip  disiagakan guna berjaga jaga agara adu mulut tidak berkembang menjadi adu otot.  Para pendukung juga dibatas  10 rang saja sesuai dengan kapasitas warong pojok Mpok  Irah.  Soal konsumsi di tangung ramai ramai karena KPU tidak berkenan membantu debat yang dinilai tidak sesuai dengan undang undang.

Tepat pukul 09.30 Mukidi membuka acara debat. Basa basi seperti biasa menyampaikan point point terkait materi debat.  Hari ini debat fokus membahas  Bantuan Desa Lunak atau BD.  Paslon nomor 001 diwakili oleh Mas Mono dan Mbak Utari sedangkan dari paslon 002 di tunjuk mbak Menik dan Om Geger.

Panitia memang tidak menyediakan podium dan para pendebat dilarang membawa kertas.  Artinya sesuai kesepakatan,  tidak ada kisi kisi apalagi bocoran materi debat sehingga tidak diperlukan lagi contekan.  Mukidi sepertinya tegas agar debat berkualitas, orisinil  apa adanya.

BDL menurut wakil paslon 001 bersumber dari APBK (anggaran pembangunan dan belanja kelurahan) 2018.  Oleh karena itu menurut Mbak Utari dengan berapi api kenapa juga dipermasalahan dikaitkan dengan menggaruk ech salah mempengaruhi suara warga. Pendukung bertepok tangan sembari berteriak hidup Mbak Utari.

Mukidi mempersilahkan Om Geger menjawab.  Menurut perwakilan Paslon 002,  BDL  syah syah saja hanya moment pemberian tidak tepat.  Kenapa diberikan 2 minggu menjelang hari pencoblosan.  Mas Geger minta agar uang rakyat itu diberikan ketika sebelum panen raya bertepatan pada hari setelah pencoblosan.

Tepok tangan juga lebih meriah.  Mukidi manggut manggut mengingatkan pada wakil paslon tidak emosi demikian juga para pendukung. Pakar komunikasi politik tinggkat desa ini mengutarakan kepada hadirin agar memberi kan contoh baik bahwa berdebat itu bukan tarik urat leher tepapi adu gagasan.

Dedat jangan sampai seperti  debat kusir.  Debat selaiknya profesional karena bisa mengambarkan kedewasaan berpolitik.  Kini tepok tangan warga malah lebih meriah karena semua pendukung 001 dan 002 kompak berteriak 

" hidup mukidi, hidup mukidi"

Sebelum menutup acara debat Mukidi memberikan pencerahan ke[ada semua hadirin terkait makna debat yang tak berkesudahan yang di kenal dengan istilah debat kusir.  Ilmu pengetahuan Mukidi memang tinggi bersebab dia sering berlajar kepada  2 guru imajiner yaitu mbah google dan nenek yahoo.  Dari kedua gurunya itulah dia mendapatkan segala macam informasi seperti yang diutarakan disini.

Ketika seorang kusir delman sedang pergi membawa penumpangnya keliling kota. Saat sedang asyik-asyik jalan keliling kota, si penumpang bertanya ke pak kusir, "Pak, kenapa kuda bapak dikasi kaca mata?". Pak kusir menjawab, "Maaf pak, pertanyaan ini sudah sangat sering ditanyakan kepada saya dan saya selalu jawab bahwa kuda saya malu karena telanjang keliling kota". "Memang kenapa Pak?", tanya penumpang kembali. "Bayangkan saja kalau bapak diminta telanjang jalan-jalan keliling kota apa bapak tidak malu dan menutup mata?", pak kusir balik bertanya. Kemudian penumpang berkata, "Menurut saya kuda diberi kaca mata agar pandangannya bisa lurus ke depan, tidak lirik kanan, lirik kiri". Pak kusir tidak mau kalah, "Itu khan kalau bapak yang jadi kuda. Ini khan kuda kuda saya, yang paling tahu kuda saya malu atau tidak khan saya". Penumpang tetap ngotot, "Coba saja bapak copot itu kaca mata kudanya, kalau malu pasti mukanya merah".
"Tidak bisa, dia pasti malu", jawab pak kusir.
"Tidak pak, dia tidak malu", sanggah si penumpang
"Pasti malu!", seru pak kusir
"Tidak malu!", kata si penumpang
"Pasti malu!"
"Tidak malu!"
"Pasti malu!"
"Tidak malu!"
Demikian seterusnya pak kusir dan penumpang berdebat tentang kaca mata kuda yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itulah debat yang tidak menghasilkan kesimpulan akhir disebut dengan "Debat Kusir"

Lebih lanjur Mr. Mukidi menjelaskan bahwa terdapat perbedaan siqnifikan antara depat kusir dengan debat kasir.  Debat kasir terjadi antara pembeli dengan petugas di toko ketika terjadi ketidak cocokan pengembalian uang. Pembeli ngotot uang kembalian kurang sedangkan si mbak toko bersikeras bahwa dia sudah mengembalikan uang dengan benar sesuai belanjaan. Nah untuk adil mari cari pembuktian dari rekaman cctv kata polisi yang datang  menengahi

Seorang jurnalis nasional menulis di koran tebntang berita debat keluarahan dukuh.  Intinya bukan soal  menang atau kalah tetapi reportasi  itu lebih kepada pemberitaan suasana Debat yang santun, penuh makna dan beradab.  Malah di jurnalis mengusulkan ke KPU  agar Mukidi di tunjuk sebagai moderator debat Pilpres 2019 pada sessi ke 2.

Salamsalaman

TD

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun