“Ada.”
“Buktinya?”
“Dua foto yang kaupegang ....”
Aaaah.
“Nah, yang ini malah lebih baik. “
Ia menyorongkan camera yang merekam wajah R. Sedang diam. Sedang menatap jauh entah.
“Kau lagi galau ....”
“Kalau ya?” ingin R menjawab begitu. Namun ia menghela nafas. Tak juga menata hati. Hatinya galau, ya. Namun apa mesti mengatakannya kepada lelaki yang membuatku, ah. Ia seperti sudah menerkaku dengan tandas. R memang sedang, ia tentu tak ingin mengungkapkannya. Ya, seorang yang ingin selalu bisa memenuhi orangtua apalabila memanggilku untuk pulang. Walau sejenak.
“Cianjuuur ....!”
Teriakan kenek bis menyadarkannya.
“Turun di sini?”