Mohon tunggu...
Thalia
Thalia Mohon Tunggu... Postgraduate Student

Thalia is a postgraduate student at one of the Indonesian health universities. She is interested to study about public health, public policy, and medicine.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menghadapi Pandemi Antimicrobial Resistance (AMR) Merujuk pada Jurnal "Global Strategies to Combat Antimicrobial Resistance: A One Health Prespective"

13 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   07:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

RINGKASAN PENELITIAN

Resistensi antimikroba atau Antimicrobial Resistance (AMR) merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang tidak hanya berdampak pada manusia, melainkan juga hewan dan lingkungan. Penelitian Mudenda S., et.al (2023) mengenai "Global Strategies to Combat Antimicrobial Resistance: A One Health Perspective" yang dipublikasikan pada Scientific Research Publishing melihat bahwa saat ini AMR termasuk dalam sepuluh masalah utama kesehatan global pada bidang kesehatan masyarakat. Isu mengenai AMR ini telah menjadi momok yang terus dibahas dalam ranah global, hingga AMR disebut sebagai silent pandemic.

Dampak dari tingginya kejadian AMR tentunya membuat bakteri menjadi lebih kebal terhadap antibiotik sehingga menghambat kemampuannya dalam terapi. AMR menjadi masalah yang cukup serius karena risiko penularannya dari hewan ke manusia. Hingga saat ini, sistem surveilans di dunia terus memonitor kejadian AMR terkait hubungannya antara manusia, hewan, dan lingkungan. Tidak terkecuali di Indonesia, lembaga penelitian seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai menyoroti masalah ini.

Pada jurnal yang akan dibahas, kita akan melihat strategi global dalam menangani AMR dan tantangan yang ada dalam menggunakan pendekatan One Health. One Health merupakan  pendekatan multi sektor dan lintas disiplin baik dalam lingkup lokal, regional, maupun global untuk mencapai kesehatan manusia, hewan, tumbuhan hingga lingkungan. Indonesia juga turut serta dalam program dunia ini.

METODE

Penelitian Mudenda S., et.al (2023) menggunakan desain review naratif dengan pendekatan pada pencarian literatur di database PubMed dan Google Scholar yang terbit dari Januari 2002 hingga Juli 2023. Pada tahap penelusuran, penulis menggunakan beberapa keyword khusus untuk memilih jurnal yang akan diteliti dengan ketentuan jurnal tersebut menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dan sesuai dengan kriteria pada guidelines PRISMA 2020.

HASIL DAN TEMUAN

Penelitian ini membahas dua aspek utama, yaitu strategi global untuk menghadapi AMR dan tantangan dalam implementasi strategi tersebut. Strategi global yang digunakan mengacu pada pendekatan One Health di mana berfokus pada integrasi antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Terdapat tiga langkah strategi global dalam menghadapi AMR.

Langkah pertama strategi tersebut adalah pembentukan Global Action Plan (GAP) pada Mei 2015. Tujuannya adalah untuk membuat komitmen dalam membangun National Action Plan (NAP) secara multi sektor pada tiap negara. Terdapat lima fokus utama pada GAP, antara lain 1) meningkatkan kesadaran tentang AMR melalui komunikasi, pendidikan, dan pelatihan; 2) memperkuat basis pengetahuan melalui penelitian dan pengawasan; 3) mengurangi insiden infeksi dengan langkah sanitasi dan kebersihan; 4) mengoptimalkan penggunaan antimikroba di sektor kesehatan manusia dan hewan; serta 5) meningkatkan investasi untuk pengembangan obat, alat diagnostik, dan vaksin baru.

Langkah kedua strategi global adalah National Action Plans (NAPs). Banyak negara yang telah mengembangkan NAP berdasarkan tujuan GAP. Namun, negara low-middle income memiliki hambatan dalam penyelenggaraannya, seperti kurangnya sumber daya dan kapasitas dalam melawan AMR. Strategi global berikutnya adalah membentuk suatu program yang dikenal sebagai Antimicrobial Stewardship (AMS). Fokus dari program ini lebih mengutamakan penggunaan antimikroba secara rasional. Terdapat beberapa kegiatan pada program ini, seperti kampanye kesehatan masyarakat yang menargetkan masyarakat umum, pembuat kebijakan, peternak, profesional kesehatan hewan, dan petugas kesehatan. Selain itu ada pula kegiatan hospital-based managing dan community pharmacy-based.

Dengan menggunakan strategi yang ada, tentunya akan ada tantangan dalam implementasinya. Adapun tantang yang harus dihadapi antara lain rendahnya kesadaran dan pengetahuan mengenai AMR pada masyarakat umum, tenaga kesehatan, maupun pembuat kebijakan. Akibatnya pola penggunaan antibiotik yang tidak rasional atau tanpa resep masih sulit dikendalikan. Kendala lain adalah keterbatasan sumber daya dan kapasitas tiap negara dalam menangani AMR, baik dari kurangnya tenaga kerja yang terlatih, fasilitas laboratorium  yang belum memadai maupun pengawasan untuk menghasilkan data berkualitas tinggi masih sulit tercapai. Selain itu, masalah pendanaan untuk program AMR masih cukup krusial, mengingat banyaknya prioritas kesehatan lain yang ditangani tiap negara. Sehingga kepemimpinan dan koordinasi yang efektif sangat dibutuhkan agar terbentuk komitmen dari pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini baik melalui kolaborasi global, penguatan kapasitas, dan pendekatan lintas sektor.

MANFAAT

Dengan adanya penelitian ini, kita menjadi lebih sadar akan kedaruratan penggunaan antimikroba yang tidak hanya menjadi masalah kesehatan di Indonesia, tetapi juga dunia. Indonesia, sebagaimana sedang berkontribusi pada pendekatan multidisipliner seperti One Health, bisa belajar dari panduan strategis ini untuk mengatasi AMR seperti yang dikemukakan oleh penulis. Manfaat dari terkuaknya masalah ini dapat meningkatkan kepedulian kita mengenai penggunaan antimikroba, dan tentunya dapat merangsang para peneliti untuk mengetahui lebih jauh keadaan yang terjadi pada tiap negaranya. Selain itu, para pemangku kebijakan dapat melihat pandangan baru terkait pengelolaan isu kesehatan yang penting ini, utamanya dalam merumuskan kebijakan baik itu kebijakan daerah, nasional maupun global.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Pendekatan komprehensif yang mencakup berbagai sektor membuat penelitian ini menjadi kompleks. Hasil dan temuan yang diberikan sangat runut sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami konteks masalah yang ada dan menjadi tertarik untuk mengetahui lebih jauh masalah tersebut. Topik yang diangkat sangat relevan dan tentunya memiliki nilai urgensi dalam isu kesehatan global saat ini. Selain memaparkan strategi dalam menghadapi AMR, penulis juga memperhatikan tantangan yang akan muncul dalam melakukan strategis tersebut. Sehingga, pembaca, terutama pembuat kebijakan, akan berpikir lebih kompleks untuk menangani AMR dengan menitikberatkan pada poin pentingnya kerja sama lintas sektor.

Namun, penelitian ini masih memiliki keterbatasan mengingat metode yang digunakan adalah review naratif yang sangat rentan bias seleksi karena bergantung pada literatur yang dipilih oleh penulis. Selain itu, pembatasan pada literatur dengan bahasa pengantar berupa Bahasa Inggris memungkinkan adanya pengabaian penelitian yang diterbitkan dalam bahasa lain.

Dikarenakan penelitian ini hanya berupa deskripsi naratif, kurang adanya pengujian hipotesis terkait efektivitas strategi yang diberikan membuat penelitian ini menjadi kurang kuat secara analitik. Ditambah, strategi yang diberikan hanya berfokus pada strategi global yang belum ada pemantauan hasil jangka panjangnya dan tidak mengikutsertakan strategi dalam konteks regional maupun lokal yang tentunya lebih spesifik.

HARAPAN KEDEPANNYA

Sadar dengan keterbatasan yang ada, penulis merekomendasikan penelitian berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, sikap, dan praktik individu mengenai penggunaan antimikroba, AMR, dan program AMS. Penelitian berikutnya barangkali bisa menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih terperinci. Peneliti dapat fokus pada pengumpulan data yang lebih akurat dan konsisten terkait penggunaan antimikroba di berbagai sektor (manusia, hewan, lingkungan) di negara berkembang, untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai dampaknya. Tidak lupa pula untuk melakukan kolaborasi multidisiplin antara ilmuwan, praktisi kesehatan, pemerintah, serta sektor pertanian dan lingkungan untuk menerapkan pendekatan One Health secara lebih efektif. Alih-alih memaparkan strategi global semata, penelitian ke depan dapat berfokus pada pemantauan dan evaluasi kebijakan terkait bagaimana efektivitas kebijakan tersebut telah diterapkan.

Sumber:

Mudenda, S., Chabalenge, B., Daka, V., Mfune, R.L., Salachi, K.I., Mohamed, S., Mufwambi, W., Kasanga, M. and Matafwal, S.K. (2023) Global Strategies to Combat Antimicrobial Resistance: A One Health Perspective. Pharmacology & Pharmacy, 14, 271-328. https://doi.org/10.4236/pp.2023.148020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun