Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadi, Aku Harus Bagaimana? (Cerpen Part 2- Tamat)

27 Januari 2023   09:38 Diperbarui: 27 Januari 2023   10:00 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di malam yang semakin menua ini, aku masih duduk menekur di teras belakang. Kupandangi bintang yang bertabur di langit, pertanda musim kemarau segera tiba. Belum lagi musim kering tiba, hatiku meranggas duluan. Jiwaku gundah gulana lantaran belum bisa menerima keputusan Nahlia yang kudengar saat home visit tadi siang.

"Jadi, saya harus bagaimana, Pak? Kalau tinggal di rumah bibi, kasihan ponakan gak ada yang ngurus," katanya.

"Jangan khawatir, Lia. 'Kan nanti abang bisa nikah lagi sama siapaa... gitu. Bakal punya istri lagi buat ngurus kedua putranya. Mereka bisa membangun rumah tangga lagi," jawabku menggebu-gebu.

"Apa? Abang nikah sama siapa? Enggak bakal, Pak. Enggak akan!"

Suara Lia agak meninggi. Sepertinya terkejut mendengar penuturanku.

"Lho, enggak bakal bagaimana?" Sekarang gantian aku yang bingung.

"I... iya, Pak. Soalnya, abang minta saya... buat gantiin kakak."

Senyum Nahlia yang malu-malu dengan rona merah di pipi serupa belati yang menikam tepat di ulu hatiku. Senyumnya merekah, tak disembunyikan lagi.

"Jadi, maksudnya?" Pikiranku benar-benar buntu.

"Iya, Pak. Mulai minggu depan saya mau keluar. Enggak sekolah lagi. Mm... mau... mau nikah sama abang."

Meski malu-malu, aku merasa ucaapan Nahlia berhias nada cinta. Getar asmara memenuhi gelombang suara yang keluar dari bibir ranumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun