Dulu, sebelum ada transportasi online, setiap akan ke ibu kota saya mengontak teman-teman kompasianer seperti Almarhum Pak Dian Kelana, Bunda Elisa Koraag, dan lainnya untuk bertanya terkait jurusan busway, rute lokasi, dan sebagainya.
Tidak jarang untuk ikut acara selama dua jam saja, saya bisa menghabiskan waktu dua hari dua malam di perjalanan karena dari kampung saya kendaraan umumnya masih terbatas.
Menghemat air dan listrik
Bukan pelit tapi kalau tidak dipakai sebaiknya dimatikan, begitu selalu ditekankan majikan. Dulu saya suka teledor. Keluar kamar lupa mematikan lampu. Menemani anak-anak nyikat gigi membiarkan air keran mengalir begitu saja. Setelah entah berapa puluh kali diingatkan majikan, baru saya terbiasa dan menyadari jika menghemat listrik dan air itu lebih baik.
Mencintai alam
Sebelum anak-anak tidur, setiap malam majikan selalu bercerita jika alam sudah banyak memberikan rezeki dan kebaikan untuk manusia. Saatnya kita membalas dengan mengubah gaya hidup.
Saya pernah dengar majikan bilang  kalau udara bersih itu sangat berharga terlebih ketika sedang melakukan penerbangan. Jadi saat bisa menghirup udara sebebas-bebasnya, imbangi dengan rasa terimakasih kepada alam.
Tersentuh saya mendengar kalimat itu. Baru sadar kenapa majikan tidak sayang dengan kuku jarinya yang lentik dan memilih menghabiskan waktu liburnya untuk berkebun, mengurus tanaman berkutat dengan cacing dan tanah.
Pantas paling tidak sebulan sekali majikan sering mengajak anak dan orang tuanya termasuk saya melakukan camping dan hiking.
Saya bisa melihat langsung bagaimana majikan merealisasikan rasa berterimakasihnya kepada alam. Ia menjadi relawan di komunitas penanaman pohon kembali, ikut aksi  dan banyak andil dengan tumbuhan termasuk memilih menanam pohon jangka panjang di kampung halaman orang tuanya di Taitung, daerah Taiwan bagian selatan yang masih banyak lahan kosongnya.