Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkaca kepada Nyonya: Cara Sederhana Ibu Rumah Tangga Dukung Net-Zero Emissions

21 Oktober 2021   07:40 Diperbarui: 21 Oktober 2021   07:41 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majikan sering mengajarkan untuk memilih jalan kaki untuk keperluan jarak dekat, tidak menggunakan kendaraan bermotor. Kalau mau naik MRT ke stasiun sekitar 500 meter tetap jalan kaki. Sesekali naik sepeda kalau sangat diburu waktu.

Melakukan kebiasaan itu di kampung saya awalnya pun mendapatkan nyinyiran. Khususnya dari tukang ojek di pertigaan. Mereka mencemooh saya pelit, pengiritan dan tidak mau berbagi rezeki ketika saya memilih jalan kaki saat mereka menawarkan tumpangan ojek.

Ketika saya memilih menggunakan sepeda, mereka tetap nyindir mengatakan kalau di jaman serba canggih begini sudah gak jaman capek mengayuh sepeda. Tapi karena saya tidak ambil pusing, lama-lama mereka diam dengan sendirinya.

Belakangan saat pandemi melanda, bersepeda justru banyak digandrungi, saya justru merasa jadi banyak memiliki teman gowes. Meski mereka menggunakan sepeda cuma karena gengsi dan lifestyle ikut-ikutan.

Pakai transportasi umum

Majikan laki dan perempuan memiliki kendaraan roda empat sendiri. Tapi mereka kompak ketika akan berangkat terbang (majikan kerja sebagai pramugari dan pramugara) memilih menggunakan kendaraan jemputan dari kantor (semacam bus sekolah) meski dengan begitu mereka harus berangkat lebih awal. Mobil jemputan itu berkeliling dari satu distrik ke distrik lain untuk menjemput sesama flight attendant dan baru mengantarkan para awak kabin tersebut ke kantor setelah mobil jemputan penuh.

Saya pikir kalau menggunakan mobil sendiri majikan akan lebih nyaman dan tidak perlu berangkat terlalu cepat. Tapi mereka selalu beralasan sama, "Saya tidak ingin menyumbang emisi. Saya tidak ingin mati sia-sia..." selalu begitu jawabnya.

"Emisi itu polusi sisa pembakaran, zat pembuangan yang beracun dan dapat membahayakan makhluk hidup juga mencemari lingkungan. Naik kendaraan umum bisa meminimalisir emisi berbahaya. Setidaknya mengurangi polutan sisa pembakaran. Mungkin hanya itu yang bisa saya lakukan sebagai masyarakat biasa dalam mendukung net-zero emission." Begitu penjelasan majikan.

Tahun 2010 saya belum memahami benar apa itu net-zero emission. Meskipun istilah itu sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2008.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Salut dengan kegigihan majikan saya pun ingin mencontoh kebaikannya. Apalagi saya memang tidak punya kendaraan. Ketika bepergian ke luar kota, menggunakan kendaraan umum jadi keniscayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun