Ketenangan tidak tumbuh dari keinginan untuk terlihat kuat, melainkan dari kesadaran bahwa tidak ada gunanya melawan sesuatu yang tidak membawa kedamaian.Â
Orang yang benar-benar kuat tahu kapan harus maju dan kapan harus menepi. Ia tidak kehilangan keberanian, hanya lebih memilih ketenangan daripada kebisingan.
Diam yang Mengajarkan
Dalam diam yang benar-benar hening, kita mulai mendengar suara yang sering tertutup oleh kebisingan reaksi, suara dari dalam diri.
Kadang amarah datang bukan karena orang lain, tapi karena ada bagian dari diri yang ingin dimengerti.Â
Jika kita langsung membalas, kita hanya menambah lapisan konflik. Tapi saat kita berhenti sejenak, kita memberi ruang bagi pemahaman untuk tumbuh.
Keheningan tidak selalu mudah. Ia sering kali menyakitkan, karena kita dipaksa menatap perasaan yang paling jujur.Â
Namun justru di sana, pemulihan dimulai. Bukan dari meluapkan semuanya, melainkan dari keberanian untuk tetap sadar dalam badai perasaan.
Diam juga mengajarkan kita untuk membedakan antara yang perlu direspons dan yang cukup dilepaskan.Â
Tidak semua yang memancing emosi adalah panggilan untuk bertindak. Kadang itu hanya ujian kecil untuk melihat seberapa jauh kita sudah belajar tenang. Semakin kita memahami hal itu, semakin ringan hati berjalan.
Ketenangan yang Dewasa