Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menemukan Kedamaian Tanpa Harus Semua Baik-baik Saja

11 Oktober 2025   20:08 Diperbarui: 11 Oktober 2025   20:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bercermin (Sumber: Unsplash)

Ada hal-hal yang terjadi dalam hidup tanpa memberi penjelasan apa pun. 

Tiba-tiba seseorang pergi tanpa pamit. Sebuah kesempatan tertutup tanpa alasan. Doa yang sudah kita ucapkan berkali-kali terasa menguap begitu saja. 

Mungkin sejenak Anda pernah bertanya, kenapa semua ini harus terjadi? Namun, jawaban itu seolah-olah tidak pernah datang.

Di titik itu, hati sering kali menolak diam. Kita merasa berhak tahu, berhak paham, berhak mendapat kejelasan. 

Namun semakin kita memaksa untuk mengerti, semakin jauh kedamaian itu pergi. Ada kalanya, pemahaman bukanlah bentuk dari penerimaan realita, melainkan bentuk dari "perlawanan terhadap kenyataan".

Kita tidak selalu diminta untuk paham. Ada bagian hidup yang hanya bisa dijalani, bukan dijelaskan. 

Itulah mengapa terkadang ada 1-2 realita yang terjadi di kehidupan sekarang, tetapi mungkin kita tidak tahu jawabannya apa mengapa hal itu mesti terjadi.

Dan mungkin, justru di situlah latihan paling dalam dari sebuah keikhlasan dimulai.

Tidak Semua Harus Punya Jawaban

Hidup sering kali membuat kita berhadapan dengan hal yang tidak sesuai logika. 

Orang baik disakiti, niat tulus disalahpahami, perjuangan tidak selalu berujung keberhasilan. 

Naluri kita ingin mencari sebab, seolah jika tahu alasan di baliknya, rasa sakitnya akan berkurang. Namun, hidup tidak selalu bekerja dengan cara yang bisa kita hitung.

Terkadang, yang tampak seperti kehilangan adalah perlindungan. Yang terlihat seperti jalan buntu adalah cara semesta menuntun kita berbelok ke arah yang lebih baik. 

Sayangnya, kesadaran itu baru bisa kita pahami setelah waktu berlalu. Sementara menunggu pemahaman itu datang, yang bisa kita lakukan hanyalah bertahan tanpa memaksa diri untuk selalu paham.

Kita sering berpikir bahwa memahami realita sekarang berarti akan menyembuhkan luka di masa lalu, padahal tidak selalu begitu. 

Ada luka yang justru sembuh ketika kita berhenti bertanya. Ada hati yang akhirnya tenang saat berhenti mencari logika di balik takdir.

Percayalah, Keheningan Juga Sebuah Jawaban

Tidak semua doa dijawab dengan kata. Kadang, jawaban datang lewat keheningan. 

Dalam keheningan, Sang Pencipta seakan berkata kepada kita, "Tenanglah, ini bukan waktumu untuk tahu." 

Namun karena hati kita terbiasa sibuk dengan overthinking atau keraguan, kita merasa hampa ketika semuanya belum ada jawaban.

Keheningan justru malah membuat manusia gelisah, padahal justru di situlah jiwa diajak belajar percaya.

Percaya bahwa meskipun kita tidak mengerti, hidup ini tetap berjalan sebagaimana mestinya. Percaya bahwa yang hilang tidak selalu berarti kalah dan yang tidak terjadi bukan berarti tidak layak kita terima.

Ikhlas tidak tumbuh dari kemampuan untuk menerima hasil, tapi dari keberanian untuk berhenti mengontrol segalanya.

Kita tidak akan pernah bisa mengatur hidup agar selalu masuk akal. Namun kita bisa melatih hati untuk tidak mengeraskan diri setiap kali logika tidak cukup.

Mungkin itulah mengapa damai terasa begitu mahal. Sebab ia hanya bisa dimiliki oleh hati yang berani tenang meski tidak paham apa badainya di masa depan.

Belajar Percaya pada Diri Sendiri

Waktu sering kali menjadi guru yang paling sabar. Ia tidak menjelaskan apa-apa, tapi perlahan menata segalanya agar kita mengerti pada saat yang tepat. 

Kadang penjelasan tidak datang dalam bentuk kata, tapi dalam bentuk perubahan hati. Apa yang dulu kita anggap akhir, ternyata hanyalah jalan memutar menuju hal yang lebih baik.

Mengikhlaskan hal yang tidak kita mengerti bukan tanda lemah. Itu tanda bahwa kita mulai percaya bahwa hidup ini punya kebijaksanaannya sendiri. 

Tidak semua yang hilang harus kembali. Tidak semua yang gagal harus dimenangkan. Ada hal-hal yang cukup diserahkan agar hati bisa beristirahat dari perlawanan yang melelahkan.

Kedamaian sejati bukan ketika semua pertanyaan hidup kita terjawab, melainkan ketika kita bisa menatap hidup, percaya diri, dan berkata dalam hati, "Aku tidak tahu kenapa, tapi aku tahu semuanya akan baik-baik saja."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun