Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dighosting HRD Saat Cari Kerja? Jangan Negative Thinking Dulu!

15 Mei 2025   23:30 Diperbarui: 15 Mei 2025   21:21 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pelamar Kerja (Sumber: Unsplash)

Mencari pekerjaan bukan hanya soal menyiapkan CV atau latihan interview, tapi juga tentang mengelola harapan. 

Salah satu hal paling menyebalkan dan menyayat hati bagi para pencari kerja adalah ketika sudah mengikuti tahapan seleksi, lalu... HRD-nya menghilang begitu saja. 

Tidak ada kabar, tidak ada email, tidak ada follow up. Dighosting, istilahnya.

Fenomena ini ternyata cukup umum terjadi. Banyak pencari kerja yang akhirnya merasa tidak dihargai, mempertanyakan kemampuannya sendiri, bahkan meragukan arah hidupnya. 

Tapi, apakah dighosting HRD selalu berarti kita gagal? Belum tentu. Di balik senyapnya balasan, bisa jadi ada hal-hal lain yang tidak kita tahu.

Kenapa HRD Bisa Menghilang Begitu Saja?

Sebelum menarik kesimpulan negatif, penting untuk memahami bahwa dunia rekrutmen tidak selalu berjalan seideal yang kita bayangkan. HRD bukan hanya mengurusi satu posisi saja. 

Bisa jadi mereka menangani puluhan hingga ratusan kandidat dalam waktu yang bersamaan. Ketika prioritas berubah atau keputusan dari manajemen belum turun, komunikasi ke kandidat bisa tertunda.

Selain itu, beberapa perusahaan memang belum punya sistem komunikasi yang terstruktur untuk menyampaikan hasil rekrutmen, terutama yang tidak lolos. 

Tidak sedikit HRD yang merasa canggung atau menghindari konflik ketika harus menyampaikan kabar buruk. Walaupun tidak etis, ini sering terjadi di dunia kerja kita.

Ada juga kondisi di mana rekrutmen ditunda karena alasan internal, seperti perubahan struktur organisasi atau kondisi keuangan. 

Akibatnya, proses seleksi dihentikan sementara tanpa informasi yang jelas. Sayangnya, kandidat tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik layar.

Cara Bijak Menghadapi Ghosting dari HRD

Yang pertama, jangan langsung menyalahkan diri sendiri. Menilai kemampuan diri hanya dari satu proses rekrutmen itu tidak adil. 

Mungkin kamu memang bukan kandidat yang dicari untuk posisi itu, tapi bukan berarti kamu tidak layak untuk posisi lainnya.

Kedua, tetap profesional dan proaktif. Setelah wawancara, kamu boleh mengirim email follow-up untuk mengucapkan terima kasih dan menanyakan tindak lanjut. 

Jika tidak dibalas dalam 7--14 hari, kamu bisa lanjutkan perjalananmu. Jangan berhenti di satu pintu yang belum tentu terbuka.

Ketiga, jadikan pengalaman itu sebagai bahan evaluasi. Perbaiki cara presentasi dirimu, sesuaikan CV, dan terus tingkatkan keterampilan. 

Di era digital seperti sekarang, banyak peluang terbuka lewat jejaring, freelance, atau bahkan membangun portofolio sendiri sambil tetap melamar pekerjaan.

Ingat bahwa mencari kerja bukan hanya tentang "menunggu dipilih," tapi juga tentang terus membuktikan bahwa kamu layak dipilih. 

Jangan terjebak dalam ketidakpastian satu perusahaan, karena di luar sana masih banyak pintu yang bisa kamu ketuk.

Seperti kata pepatah modern, "Rezeki tidak datang dari satu HRD saja." 

Tetap semangat, tetap upgrade diri, dan jangan biarkan ghosting menghantui masa depanmu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun