Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dianggap Introvert, Ternyata Cuma Selektif dalam Bersosialisasi Saja

4 April 2025   20:48 Diperbarui: 5 April 2025   06:19 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Introvert (Sumber: Unsplash)

Banyak orang sering dilabeli sebagai introvert hanya karena tidak selalu antusias menghadiri acara sosial atau lebih memilih diam dalam percakapan yang terasa kurang menarik. 

Padahal, tidak selalu demikian. Bisa jadi, bukan karena introvert, melainkan hanya lebih selektif dalam memilih interaksi sosial.

Tidak semua orang merasa nyaman berada dalam situasi yang ramai atau terlibat dalam percakapan yang sekadar basa-basi. 

Ada kalanya, berbicara terasa mengasyikkan ketika topiknya menarik atau ketika berada di antara orang-orang yang memiliki pemikiran serupa. 

Sebaliknya, jika suasana tidak mendukung atau energi sudah terkuras, diam dan menjaga jarak sering kali menjadi pilihan yang lebih baik.

Bukan Soal Introversi, tetapi Selektivitas

Selama ini, introvert sering digambarkan sebagai seseorang yang lebih suka menyendiri dan mudah lelah setelah banyak bersosialisasi. 

Namun, ada juga yang sebenarnya tidak keberatan berinteraksi, asalkan dengan orang yang tepat. Perbedaan ini sering kali tidak disadari sehingga orang yang lebih memilih lingkaran sosial kecil dianggap sebagai pribadi tertutup.

Menjadi selektif dalam bergaul bukan berarti menutup diri dari dunia luar. Justru, hal ini bisa menjadi bentuk kesadaran diri dalam menjaga energi sosial. 

Beberapa orang menikmati obrolan panjang tentang topik yang mendalam, sementara yang lain lebih memilih interaksi singkat tetapi bermakna. Tidak ada yang salah dengan kedua pilihan tersebut.

Kadang-kadang, seseorang yang diam dalam suatu lingkungan bisa terlihat sangat aktif di lingkungan lain. Hal ini membuktikan bahwa sikap seseorang dalam bersosialisasi bukan hanya soal kepribadian, tetapi juga tentang kecocokan dengan orang-orang di sekitarnya.

Jika sebuah interaksi terasa melelahkan atau tidak memberi manfaat emosional, memilih untuk diam atau menghindar bisa menjadi keputusan yang wajar.

Tidak Harus Selalu Hadir dalam Setiap Interaksi

Dalam kehidupan sosial, ada banyak kesempatan untuk berinteraksi, baik dalam acara keluarga, pertemuan kerja, maupun pergaulan sehari-hari. 

Beberapa orang senang menghadiri semua kesempatan ini, tetapi ada juga yang lebih selektif dalam memilih mana yang benar-benar ingin diikuti.

Memilih untuk tidak selalu hadir bukan berarti antisosial atau tidak peduli. Setiap orang memiliki batasan masing-masing dalam bersosialisasi. 

Ada yang nyaman menghabiskan waktu bersama banyak orang, sementara yang lain merasa lebih baik jika hanya bertemu dengan segelintir teman dekat.

Tidak semua percakapan memberikan energi positif. Beberapa situasi justru bisa membuat seseorang merasa lelah atau terpaksa bersikap ramah demi menjaga suasana. 

Dalam kondisi seperti ini, menjaga jarak dari interaksi yang tidak diperlukan bisa menjadi cara untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional.

Bersosialisasi bukan tentang seberapa sering seseorang hadir dalam berbagai kesempatan, tetapi tentang bagaimana interaksi itu memberikan dampak bagi dirinya sendiri. 

Memilih dengan siapa dan kapan harus berbicara bukanlah tanda ketertutupan, melainkan bentuk kesadaran diri dalam menjaga energi sosial agar tetap sehat dan seimbang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun