Meski begitu, bertahan dengan gaji yang lebih kecil tetap menantang. Gaya hidup harus disesuaikan.Â
Kebutuhan dihitung lebih cermat, kebiasaan kecil seperti ngopi mahal dikorbankan. Lebih berat lagi, muncul perasaan bahwa usaha keras tidak dihargai.
Saatnya Resign atau Bersabar?
Bagi sebagian orang, pemotongan gaji adalah tanda bahaya.Â
Jika perusahaan tidak memberikan kejelasan atau rencana pemulihan, wajar jika muncul keinginan untuk mencari peluang lain.
Mencari pekerjaan baru memang bukan hal mudah, tapi bagi yang siap, ini bisa menjadi kesempatan.Â
Beberapa memilih pindah ke perusahaan yang lebih stabil, ada yang mulai membangun usaha sampingan, dan ada juga yang mencoba bidang baru.
Baik bertahan maupun pergi, tidak ada pilihan yang sepenuhnya benar atau salah. Semua tergantung situasi dan prioritas masing-masing.Â
Yang pasti, menerima realita cutting gaji bukan berarti menyerah. Ini bisa menjadi momen refleksi untuk memahami nilai kerja kita dan mencari jalan terbaik ke depan.
Tapi kalau dipikir-pikir, mungkin doa kita harus diperbaiki. Siapa tahu kita disiapkan di tempat kerja yang lebih baik dari yang sekarang.
Bukannya bersungut-sungut kepadaNya untuk tetap bertahan. Seperti menyalahkan diri sendiri ataupun kondisi sementara yang sementara belum bisa berubah.