Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengapa Gorengan Banyak Diminati Orang Indonesia?

17 Maret 2025   17:00 Diperbarui: 17 Maret 2025   13:54 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Buka Puasa, termasuk Gorengan (Sumber: Unsplash)

Bulan Ramadan selalu membawa suasana khas yang sulit ditemukan di waktu lain. Salah satunya adalah momen ngabuburit yang diwarnai dengan berburu takjil. 

Di antara aneka pilihan yang tersedia, gorengan seolah tidak pernah kehilangan pesonanya. Baik di sudut pasar tradisional, pinggir jalan, maupun di meja makan rumah, kehadiran gorengan selalu dinantikan. Entah itu tahu isi, bakwan, risoles, atau tempe mendoan, semuanya memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.

Pertanyaannya, mengapa gorengan begitu diminati, bahkan menjadi semacam "pahlawan" takjil yang sulit tergantikan? 

Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan fenomena ini, meskipun kadang kita sendiri menikmatinya tanpa sempat bertanya kenapa.

Cita Rasa yang Membumi dan Menggugah Selera

Salah satu alasan mengapa gorengan selalu dicari adalah rasa dan teksturnya yang khas. Renyah di luar, lembut atau gurih di dalam, membuat siapa pun sulit berhenti setelah gigitan pertama. 

Ketika perut sudah mulai keroncongan menjelang magrib, aroma gorengan yang baru diangkat dari penggorengan bisa terasa begitu menggoda. Tidak heran jika gerobak tukang gorengan seringkali dikerumuni orang, apalagi di jam-jam mendekati waktu berbuka.

Selain itu, gorengan adalah makanan yang akrab di lidah semua kalangan. 

Rasanya tidak pernah terasa asing, bahkan bagi yang baru pertama kali mencicipinya. Ditambah lagi, variasinya banyak. Ada yang lebih suka rasa gurih, ada yang manis seperti pisang goreng, dan ada juga yang senang dengan isian sayur seperti bakwan. 

Semuanya tersedia dengan harga yang sangat terjangkau. Tak perlu merogoh kocek dalam, cukup beberapa lembar uang seribuan, sepiring gorengan sudah bisa dinikmati bersama keluarga atau teman.

Lebih dari Sekadar Makanan, Gorengan Juga Menjadi Bagian dari Budaya Kuliner

Gorengan tidak hanya soal rasa atau harga yang murah. Ia sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat Indonesia. 

Pada banyak tempat, ngabuburit tanpa gorengan terasa kurang lengkap. Ada semacam tradisi tidak tertulis bahwa sebelum menyantap makanan berat saat berbuka, sepiring gorengan adalah pembuka yang sempurna.

Bagi sebagian orang, gorengan juga menyimpan kenangan masa kecil. Jajan di depan sekolah, menikmati bakwan panas seusai main bola di lapangan, atau sekadar duduk di teras rumah sambil menunggu ibu selesai memasak. Kenangan itu melekat, dan Ramadan menjadi waktu yang membawa kembali ingatan-ingatan sederhana namun hangat tersebut.

Kini di kafe-kafe modern, gorengan tetap hadir meskipun dalam kemasan yang lebih mewah. Disajikan di atas piring cantik dengan sambal yang dibuat khusus, gorengan tetap punya daya tarik yang sulit disaingi. Contohnya seperti tempe mendoan. 

Ini membuktikan bahwa meskipun zaman berubah, selera masyarakat Indonesia terhadap gorengan tetap bertahan.

Di bulan Ramadan, gorengan bukan sekadar camilan untuk berbuka puasa. Ia adalah simbol kebersamaan, nostalgia, dan kesederhanaan yang justru membuat momen buka puasa menjadi lebih istimewa. 

Inilah alasan mengapa gorengan selalu diminati. Bukan hanya karena enaknya, tapi karena ia selalu berhasil menjadi bagian dari cerita sederhana dalam kehidupan banyak orang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun