Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memetik Pelajaran dari Menanam hingga Memanen Ubi Jalar

14 Maret 2022   12:07 Diperbarui: 19 Maret 2022   14:16 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman ubi jalar dan kentang sebulan setelah ditanam, tumbuh berdampingan dengan bunga tahi ayam (Dokumentasi Pribadi)

"Ubi kayunya itu bulang (kakek, bhs. Karo) yang tanam. Biar nanti kita mbelgang bulung gadung (merebus daun ubi, bhs. Karo), sedaaaap...," kata bapak.

Ada sesuatu yang berbeda antara menanam tanaman yang berbuah di atas tanah dan yang buahnya (umbi) berada di dalam tanah. 

Masuk dalam jenis tanaman ini adalah tanaman umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang, lobak, wortel, dan lain sejenisnya.

Bila tanaman yang berbuah di atas tanah, kita bisa melihat perkembangannya mulai dari bunga, berkembang menjadi buah, dan ranum hingga siap dipetik. Sementara itu, umbi yang berkembang  di dalam tanah jelas sama sekali tidak bisa diamati, hanya bisa dinanti dengan penuh kesabaran.

Tanaman ubi jalar dan kentang sebulan setelah ditanam, tumbuh berdampingan dengan bunga tahi ayam (Dokumentasi Pribadi)
Tanaman ubi jalar dan kentang sebulan setelah ditanam, tumbuh berdampingan dengan bunga tahi ayam (Dokumentasi Pribadi)

Konteks nats dalam kitab Pengkhotbah di awal tulisan ini hendak memberikan penjelasan tentang pandangan bahwa nasib semua orang sama. Pada ayat 2 dan ayat 3 dalam pasal yang sama dituliskan sebagai berikut:


"Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah. Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama."

Mencoba memahami misteri terkait nasib, di sanalah letak pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman menanam hingga memanen ubi jalar yang menjadi judul tulisan ini. 

Tanam, selebihnya biarkan hujan yang menyirami, bumi yang merawat, mentari yang menumbuhkan, dan cuaca yang mencandai.

Dalam kehidupan sehari-hari orang Karo, ada ungkapan yang menyatakan "Dekahen nuanken asangken mperanisa." Bila diterjemahkan, maknanya bahwa lebih lama waktu dibutuhkan untuk menumbuhkan pikiran menjadi komitmen dan komitmen menjadi tindakan, dari pada waktu yang dibutuhkan menanti panen sejak benih disemaikan.

13 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun