Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menatap Masa Depan Peninggalan Budaya Karo dan Secercah Asa dari Desa Lingga

16 November 2021   17:00 Diperbarui: 21 November 2021   01:58 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai jenis alat musik tradisional Karo di sanggar seni "Nggara si Mbelin" (Dok. Pribadi)

Secercah Asa dari Anak Muda Desa Lingga di Sanggar Seni "Nggara Si Mbelin"

Nama sanggar seni ini, "Nggara Si Mbelin", diambil dari salah satu nama hari dalam kalender tradisional suku Karo. Kebetulan terbentuknya sanggar seni ini adalah pada hari itu.

Dalam kepercayaan tradisional suku Karo, hari ini adalah hari yang baik untuk membangun rumah, baik untuk bermusyawarah dengan kalimbubu (pihak pemberi istri atau pihak dari keluarga ibu yang wajib untuk dihormati dalam sistem kekerabatan suku Karo), tapi kurang baik untuk melaksanakan pesta adat.

Sanggar seni ini berdiri pada tahun 2014. Pendiriannya diniatkan sebagai wadah untuk menggali segala hal yang terkait dengan budaya Karo, baik itu seni, keterampilan hidup, kuliner, aksara, maupun tatanan sosial budaya Karo dalam arti luas.

Berbagai jenis alat musik tradisional Karo di sanggar seni
Berbagai jenis alat musik tradisional Karo di sanggar seni "Nggara si Mbelin" (Dok. Pribadi)

Berbagai jenis alat musik tradisional Karo di sanggar seni
Berbagai jenis alat musik tradisional Karo di sanggar seni "Nggara si Mbelin" (Dok. Pribadi)


Pengasuh atau pelatih di sanggar seni ini ada 5 orang, ada orang tua dan juga pemuda-pemudi desa Lingga. Salah satu di antara mereka yang menjadi narasumber untuk tulisan ini adalah Fusan Sinulingga yang biasa juga dipanggil Simpai.

Bersama Fusan Sinulingga (Simpai), pelatih sanggar seni
Bersama Fusan Sinulingga (Simpai), pelatih sanggar seni "Nggara Si Mbelin" Desa Lingga (Dok. Pribadi)
Saat ini anak-anak dan remaja binaan sanggar ini ada 50 orang, seluruhnya warga Desa Lingga. Awalnya sanggar ini dibuka untuk umum, tapi akhir-akhir ini khusus dibuka bagi anak mulai usia SD dan remaja usia SMP.

Menurut Simpai Sinulingga, ada kesulitan tersendiri apabila membina remaja usia SMA. Katanya, karena pada pemuda-pemudi yang saat ini berada di usia SMA inilah terjadi masa-masa lompatan cepat teknologi, sehingga terasa lebih sulit menyampaikan soal-soal yang berkaitan dengan seni dan budaya tradisional Karo kepada mereka.

"Anak-anak yang sekarang masih berada pada usia SD atau SMP lebih cocok dibekali soal-soal seni dan kebudayaan, dan itu akan menjadi sebuah pondasi yang kokoh bagi mereka yang memiliki minat tinggi untuk mendalami soal-soal seni dan kubudayaan tradisional Karo," lanjut Simpai Sinulingga.

Segala upaya yang dilakukan di sangggar seni ini digerakkan oleh sebuah harapan jauh ke depan. "Apa yang terjadi setelah 10 tahun mendatang mungkin tidak bisa kita tebak, tapi nilai seni, sosial, dan budaya yang telah mengakar pada diri mereka semoga bisa menjadikan mereka pemimpin-pemimpin Tanah Karo masa depan yang berkarakter budaya Karo," kata Simpai dengan ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun