Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ilusi Cinta Mirna

17 Oktober 2021   01:32 Diperbarui: 17 Oktober 2021   01:34 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu Eman harap-harap cemas. Profesor Embing yang akan ditemuinya, terkenal ketus kepada mahasiswa tingkat akhir yang tidak terlalu berbakat seperti dirinya.

Kedekatannya dengan Mirna, putri semata wayang sang profesor jelas tak cukup menjembatani kepentingan akademiknya. Apalagi dalam perkenalan awalnya dengan sang dosen pembimbing sudah ada drama.

Eman minta tolong dan berharap dapat cepat lulus karena pamannya di kampung sudah berniat segera menjodohkannya dengan Enik, kembang desa, anak pamannya itu.

Bisa-bisa ia justru akan dibantai habis oleh prof Embing karena sudah lancang bermain hati dengan Mirna. Sudah tak berbakat, lancang pula.

"Selamat siang, Prof," sapa Eman sesopan mungkin setelah mengetok daun pintu tiga kali. Map plastik yang berisi bab pertama skripsi hasil perbaikan dari pertemuan sebelumnya dijepitnya rapat, seperti seorang ajudan yang bersiap menyerahkan teks Pancasila untuk dibacakan oleh inspektur upacara.

"Masuk," jawab prof Embing singkat, tapi tampak santai meneruskan catatannya di atas lembaran buku almanak tebal berkulit lusuh.

"Duduklah," katanya sambil mempersilakan Eman mendaratkan bokongnya yang tegang di atas kursi tamu yang empuk di ruang kerjanya.

"Terima kasih, Prof," balas Eman. Dia duduk dengan sangat sopan.

"Bagaimana, sudah kamu perbaiki yang saya koreksi kemarin itu?" tanya prof Embing.

"Sudah, Prof," kata Eman sambil mengurai tali kancing map plastik miliknya. Ia bersiap-siap menyahuti langkah selanjutnya jika profesor sepuh itu akan memintanya untuk disodorkan kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun