Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Letak Kesetaraan dalam Kemanusiaan Modern dan Kelelawar

17 November 2019   04:04 Diperbarui: 20 November 2019   18:45 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi manusia kelelawae. (sumber: pixabay)

Kembali ke silogisme awal, bila salah satu yang menjadi ciri kehidupan modern adalah begitu mudahnya menemukan kekacauan di dalamnya, maka itu adalah sebuah kondisi yang buruk. Yuval mengatakan bahwa dunia yang buruk tidak sama dengan dunia pascaliberal.

Pada dunia pasca-liberal, kebebasan nilainya lebih besar dari pada kesetaraan manusia, sehingga kesenjangan menjadi sebuah keniscayaan. Ia memberikan contoh, bahwa manusia yang tidak diperbaharui akan menjadi kasta rendahan di bawah segelintir manusia super di atas normal, bahkan di bawah kasta sistem algoritma komputer.

Jadi di mana letak kesetaraan bila dunia pascaliberal ini bukanlah sebuah dunia yang buruk? Katanya, "Miliuner yang tinggal di rumah yang mewah adalah setara dengan petani miskin yang tinggal di gubuk, dalam hal pengalaman uniknya."

Lagi tambahnya, kesetaraan itu juga terlihat dalam kenyataan di mana penonton kaya suka dengan cerita tentang kemiskinan. Atau, satu suara petani miskin yang bernilai sama dengan satu suara seorang miliuner pada pemilihan umum.

Bahkan batasan-batasan pandangan ideologi pun menjadi kabur, katakanlah misalnya bila selama ini Kapitalisme dianggap berbeda atau tidak setara dengan Sosialisme, maka setidaknya semakin modern keduanya juga semakin menjadi setara terutama pada pandangan bahwa diperlukan adanya "data" dalam menentukan arah kebijakannya.

Memang dalam pemrosesannya, Kapitalisme menggunakan data yang terdistribusi, sedangkan Sosialisme menggunakan data yang tersentralisasi.

Mungkinkah dengan kata lain, pandangan itu memberi kesimpulan secara ironis dan sinis, bahwa solusi pascaliberal untuk kesenjangan sosial adalah dengan memberikan nilai yang setara pada pengalaman manusia yang berbeda-beda?

Kemudian, bila dunia pascaliberal ini dalam pandangan Yuval dikatakan olehnya tidak sama dengan dunia yang buruk, akankah barangkali dengan kata lain ia juga ingin mengatakan bahwa trend yang terjadi saat ini adalah sebuah indikasi bahwa dunia pada dasarnya baik-baik saja?

Ada sebuah artikel tentang filsafat pikiran dari tahun 1974 yang berjudul "What is it like to be a bat?" yang ditulis oleh Thomas Nagel. Di sana ia menjelaskan bahwa pikiran seorang sapiens tidak bisa memahami dunia subjektif seekor kelelawar. Kelelawar adalah makhluk yang hidup dalam dunia gema.

Maka bila pandangan Nagel ini disejajarkan dengan pandangan Prof. Mahfud MD yang menjadi seorang narasumber dalam acara talkshow masalah "Hoaks" di sebuah stasiun televisi swasta nasional pada Rabu, 27 Maret 2019 yang lalu, yang mengatakan bahwa kekacauan yang diakibatkan oleh disruptif teknologi melalui perkembangan penggunaan media sosial tanpa diikuti peningkatan literasi digital, sebagai sebuah gejala di ruang gema yang luas, maka barangkali itu adalah sebuah gejala yang normal di sebuah dunia yang normal dan baik-baik saja bagi seekor kelelawar, yang menurut Nagel tidak akan bisa dipahami oleh pikiran seorang sapiens.

Namun, ada berita bagus bagi sapiens bila pun ini memang begitu adanya. Bila di dunia pasca-liberal dengan media sosial-nya sebagai ruang gema yang luas dipandang tidak sama dengan dunia yang buruk, sehingga menjadi kelelawar adalah pilihan paling tepat untuk adaptif menjadi manusia modern, maka itu hanya akan tampak sebagai sebuah gejala FOMO, Fear of Missing Out, atau gejala takut ketinggalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun