Mohon tunggu...
Tengils
Tengils Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kumpulan penikmat aksara

Berkreasi dalam kreatifitas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cemburu

1 Juli 2020   16:48 Diperbarui: 1 Juli 2020   16:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

KETIKA CEMBURU KARENA KESALAHAN

Kutatap matanya ada gagak tertawa
Kulihat dadanya ada anakan gunung berapi.

Masih kupandangi setiap inch lekuknya ada butiran biji mahoni di bibirnya yang kaktus
Terlihat di tangannya belati bermata dua.

Langkahnya orbitan meteor
Asap dari wuwungan kepala serupa tanduk banteng.

Dengan apa aku yakini bahwa kata maaf adalah permintaan ketidak tahuan
Atau haruskan kubungkukan ujung batang bambu sampai tanah.

Marahnya laut
Bicaranya ombak

Puluhan kata tak lagi mampu menembus karangnya
Jutaan permohonan tak lagi bisa menggarami periuknya

Telinganya pintu Bromo
Dengusnya asap belerang

Mungkin diam lebih mendinginkan puncak Himalaya
Memilih tertidur di atas ranjang musim salju di Fujiyama

Menunggu hardiknya, jika itu aroma badai
Biarlah rontok semua wewenang

Pada kaki, melipat tunggu
Pada wajah, menanti topan

Poskampling. 01/07/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun