Mohon tunggu...
Hery Subroto
Hery Subroto Mohon Tunggu... -

Petani harus modern supaya sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wow, Swedia Beli Sertifikat Emisi Karbon Semen Indonesia

18 Januari 2017   20:03 Diperbarui: 19 Januari 2017   05:46 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Semen Indonesia

Tulisan ini untuk menanggapi artikel Industri Semen Perusak Alam atau Penyelamat Lingkungan? yang melihat akan lahir pabrik semen ramah lingkungan jika pabrik semen di Rembang milik PT Semen Indonesia beroperasi. Jika melihat kajian dari Boston Consulting Group (BCG) yang menjadi dasar melihat posisi industri semen di Eropa saat ini dan saat yang akan datang. Maka menempatkan posisi industri semen ramah lingungan tidak perlu kriteria yang sangat mendalam seperti dalam kajian BCG.

Aturan lingkungan hidup di industri sudah semakin banyak dan semakin ketat. Bahkan persoalan lingkungan hidup telah menjadi bahasan utama di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang sebelumnya sangat identik dengan masalah politik dan keamanan. Melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), PBB aktif mendorong pengurangan gas rumah kaca. Sejalan dengan program PBB, negara Skandinavia yang umumnya sudah meninggalkan bahan bakar fossil dan menggunakan bahan bakar terbarukan aktif mendorong pengurangan gas rumah kaca.

Denmark adalah negara Skandinavia yang 100% menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi negaranya. Melalui lembaga DANIDA, Denmark aktif memberikan sumbangsihnya ke negara lain. Di era Pemerintahan SBY, Indonesia sempat menjalin kesepakatan dengan Norwegia tentang bantuan USS 1 miliar dolar yang dikonversi dengan penghentian penebangan hutan di Indonesia. Swedia salah satu negara Skandinavia juga melakukan hal yang sama, dan unggul dalam mendorong program “Emission Reduction”

Kebutuhan energi bagi industri adalah mutlak, khususnya di Industri semen yang porsi biaya terbesar adalah untuk energi. Maka di salah satu industri semen BUMN yaitu PT Semen Indonesia, energi adalah salah satu critical factor yang harus dapat ditangani untuk menciptakan daya saing perusahaan. Dunia yang sangat bergantung pada energi fossil, khususnya minyak dan batubara telah menciptakan peningkatan suhu bumi secara signifikan yang pada akhirnya menjadi penyebab perubahan iklim. Protokol Kyoto sebagai acuan penurunan laju peningkatan CO2 yang menjadi acuan dunia, kenyataannya belum diratifikasi oleh China dan Amerika Serikat sebagai dua negara kontributor utama polusi dunia.

Sejalan dengan peningkatan daya saing perusahaan, serta melihat potensi biomass di Indonesia yang sangat melimpah, menurut kajian McKensy di era Pemerintahan SBY, potensi biomass di Indonesia mencapai 82 juta ton per tahun atau terbesar kedua didunia setelah Brazil, maka penggunaan biomass untuk menggantikan batubara di indusri Indonesia tentu akan memberikan kontribusi signifikan bagi penyelamatan lingkungan.

Semen Indonesia sejak tahun 2007 mulai menggunakan biomass secara bertahap untuk menggantikan batubara. Inovasi tersebut di ganjar penghargaan tingkat ASEAN di tahun 2013 Semen Indonesia Dorong Penggunaan Alternatif Biomass . Langkah penyelamatan lingkungan terus dilakukan dengan mengikuti program Clean Development Mechanism (CDM). Proyek CDM PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dilakukan melalui pemanfaatan biomasa sebagai bahan bakar alternatif di Pabrik Tuban 1 dan 3. Sampai dengan Februari 2016, jumlah biomasa yang telah dipergunakan sebesar 275.778 ton. 

Biomasa yang dipergunakan berasal dari sekam padi dan cocopeat. Keberhasilan Proyek CDM PT Semen Indonesia (Persero) Tbk terbukti dengan diterbitkannya Certified Emission Reduction (CER)oleh United Nations Framework Convencion on Climate Change (UNFCCC)pada tanggal 12 Desember 2016, dengan total penurunan emisi sebesar 213.717 tonCO2eq. Berdasarkan ERPA, jumlah CER yang diperjualbelikan tahap pertama sebesar 193.536 tonCO2eq dengan periode monitoring Januari 2013 – Februari 2016. Melalui Proyek CDM, perusahaan telah membantu penurunan emisi gas rumah kaca untuk mendukung rehabilitasi dan konservasi lingkungan”, terang Rizkan

CER merupakan satuan penurunan emisi gas rumah kaca (CO2) yang dilakukan di negara-negara berkembang. CER tersebut dikonversikan menjadi sebuah kredit (issuance) yang dapat dibeli oleh negara-negara maju melalui UNFCCC. Setiap CER berarti telah melakukan penurunan emisi sebesar 1 tonCO2eq.

Kerajaan Swedia membeli CER milik Indonesia

Kejadian bersejarah keberhasilan Semen Indonesia Go Internasional sebagai salah satu perusahaan yang memiliki kepedulian tinggi di bidang lingkungan hidup adalah ditandai dengan pembelian CER milik PT  Semen Indonesia (Persero) Tbk oleh Pemerintah Swedia melalui Swedish Energy Agency. “Semen Indonesia  telah berhasil melakukan Proyek Clean Development Mechanism (CDM) melalui subtitusi batubara dengan bahan bakar alternatif dari biomasa di Pabrik Tuban. Berdasarkan ERPA, jumlah CER yang diperjualbelikan tahap pertama sebesar 193.536 tonCO2eq dengan periode monitoring Januari 2013 – Februari 2016.

LSM Indonesia Tuduh Semen Indonesia Rusak Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun