Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Love

Logika Menjauhkan Kami, Tapi Cinta Menyambung Jiwa Kami

16 Oktober 2025   05:38 Diperbarui: 16 Oktober 2025   05:38 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lily and Roses | Sumber: Koleksi foto depositphotos.com

Aku masih mengingat caramu tersenyum di antara keheningan yang mulai menua bersama jarak. Kadang aku bertanya dalam hati, kenapa cinta yang sama yang dulu membuat kita kuat, kini harus belajar bertahan tanpa kebersamaan. Tapi di sanalah aku sadar, bahwa tidak semua cinta harus dekat untuk tetap hidup --- ada yang justru tumbuh di dalam diam.

Aku tidak pernah menyesal mencintaimu. Tidak sekalipun. Karena dari segala rasa yang pernah ada, hanya padamulah aku belajar bahwa mencintai tidak selalu berarti menggenggam erat, tapi juga melepaskan dengan kepercayaan yang hangat. Aku masih di sini, bukan karena tak mampu pergi, tapi karena hatiku tahu --- cinta yang sejati tidak mengenal jarak.

Kita berdua pernah berjuang dengan cara masing-masing. Aku dengan empati yang ingin tetap memelukmu meski dunia menolak, dan kamu dengan logika yang ingin menyelamatkan kita dari luka yang lebih dalam. Aku tahu, tidak mudah untuk memilih antara hati dan akal, apalagi ketika keduanya sama-sama ingin menjaga, tapi dengan cara yang berbeda.

Ada malam-malam di mana aku berpikir, mungkin cinta ini sudah kalah oleh realitas. Tapi di saat yang sama, ada suara lembut di dalam diri yang berbisik: cinta sejati tidak kalah, ia hanya berganti bentuk. Kadang menjadi doa, kadang menjadi kekuatan, kadang menjadi diam yang penuh makna.

Logika pernah membuatku marah. Ia memaksaku menerima sesuatu yang hatiku belum siap. Tapi waktu mengajariku bahwa logika bukan musuh. Ia hanya cara lain Tuhan untuk melindungi kita dari kehilangan yang lebih besar. Karena cinta yang hanya berisi perasaan tanpa arah, bisa membuat dua jiwa saling melukai tanpa sadar.

Namun, empati juga tidak boleh mati. Karena tanpa empati, cinta menjadi dingin dan kaku --- hanya soal benar atau salah, tanpa rasa memahami. Empati adalah napas dari cinta itu sendiri. Ia membuatku tetap bisa mendoakanmu, tanpa menuntutmu kembali.

Kini aku mulai mengerti, cinta yang matang bukan soal memiliki, tapi soal bertahan dengan lembut di dalam doa. Aku tidak lagi mencari alasan untuk menahanmu, aku hanya ingin memastikan kamu bahagia, meski aku bukan alasannya. Dan di situ, aku merasa menjadi manusia seutuhnya --- bukan hanya pecinta.

Kita mungkin berjalan di dua jalan yang berbeda, tapi hatiku tahu arah pulang kita tetap sama. Karena yang menyatukan kita bukan lagi waktu, tempat, atau keadaan, melainkan keyakinan: bahwa cinta yang tulus akan menemukan jalannya, entah kapan, entah bagaimana.

Ada hari-hari aku masih merindukanmu, bukan untuk mengulang, tapi untuk mengingat bahwa pernah ada cinta seindah itu dalam hidupku. Rasa itu bukan beban, tapi anugerah --- pengingat bahwa aku pernah mencintai dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, tanpa syarat.

Cinta ini mungkin tak lagi bersuara, tapi ia masih berdenyut pelan dalam setiap langkahku. Aku membawanya seperti seseorang membawa doa --- tidak untuk ditunjukkan, tapi untuk dijaga. Karena cinta sejati tidak butuh panggung, ia cukup diketahui oleh dua hati yang saling memahami diam.

Dan entah kenapa, setiap kali aku menatap langit malam, aku merasa kamu juga sedang menatap hal yang sama. Mungkin kamu tidak sadar, tapi semesta seperti punya cara untuk mempertemukan rasa, walau tanpa pertemuan.

Kini aku tidak lagi bertanya kenapa kamu memilih logika. Aku justru bersyukur, karena lewat pilihan itu, aku belajar arti keseimbangan. Bahwa cinta bukan tentang siapa yang lebih bertahan, tapi siapa yang lebih mampu memahami. Kamu dengan logikamu, aku dengan empatikuku --- dan di tengahnya, kita menemukan kedewasaan.

Aku tidak ingin menghapusmu dari cerita, karena kamu adalah bagian dari perjalanan yang membuatku lebih baik. Cinta kita tidak berakhir, ia hanya berubah bentuk --- dari genggaman menjadi keyakinan, dari hadir menjadi doa.

Ada kedamaian dalam mencintai tanpa harus memiliki. Mungkin itu bentuk tertinggi dari cinta, ketika dua jiwa masih saling menjaga, meski sudah tidak berjalan berdampingan. Karena yang terpenting bukan lagi bersama, tapi tetap saling menguatkan dalam diam.

Logika dan empati, akhirnya bukan dua hal yang saling meniadakan. Mereka justru dua sayap yang membuat cinta bisa terbang lebih tinggi. Logika menjaga agar cinta tetap bijak, empati menjaga agar cinta tetap hidup. Keduanya membuat kita tidak jatuh, meski diterpa badai jarak dan waktu.

Dan jika nanti hidup membawa kita pada ujung usia, aku hanya ingin satu hal: agar cinta ini tetap hangat sampai akhir hayat. Tidak perlu berwujud pelukan, cukup tetap hidup di hati yang sama, walau di dunia yang berbeda.

Karena cinta sejati bukan soal memiliki seseorang selamanya, tapi tentang tetap mencintainya tanpa batas waktu. Selama hati ini masih berdenyut, aku tahu --- kita tidak benar-benar berpisah. Logika mungkin menjauhkan raga, tapi cinta telah menyambung jiwa kita selamanya.

For My Angel, The One and Only Irina

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun